Artikel

Artikel

Anugerah dalam Pengalaman Kita

Posted 19/06/2014 | 12:06

Pembacaan Alkitab: Flp. 4:23; 1:7


Dalam pemberkatannya kepada gereja di Filipi, Paulus berkata, "Anugerah Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu."Anugerah (kasih karunia) adalah Allah di dalam Kristus sebagai suplai dan kenikmatan kita, diberikan kepada kita dan direalisasikan melalui suplai yang limpah dari Roh Yesus Kristus (1:19). Untuk mengalami Kristus seperti yang dialami Paulus, kita memerlukan anugerah ini. Ketika Paulus berkata, "Anugerah Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu" yang ia maksudkan ialah suplai dan kenikmatan dari Allah Tritunggal menyertai kita lewat suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Bila kita memiliki suplai yang sedemikian, kita akan me­nikmati dan mengalami Allah Tritunggal sepanjang hari.

Berdasarkan perkataan Paulus dalam ayat 23, anuge­rah Tuhan Yesus Kristus, itu menyertai roh kita. Roh di sini adalah roh kita yang telah dilahirkan kembali yang dihuni oleh Roh Kristus. Di dalam roh kita inilah kita me­nikmati Kristus dan mengalami Dia seperti yang dialami Paulus. Hari ini banyak anak-anak Allah membicarakan Roh Kudus, tetapi tidak membicarakan roh manusia. Kalau kita mengabaikan roh kita yang telah dilahirkan kembali, maka kita akan jarang sekali mengalami Kristus atau menikmati anugerah yang almuhit.

Dalam 2 Korintus 13:13 Paulus berkata, "Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, menyertai kamu sekalian." Kasih adalah sumber, anugerah adalah saluran, dan persekutuan adalah aliran. Di sini kita memiliki Kristus Sang Putra, Allah Sang Bapa, dan Roh itu ‑ kenikmatan akan Allah Tritung­gal. Tambahan pula, dalam ayat ini kita memiliki penyalur­an Allah Tritunggal ke dalam kita sebagai kasih, anugerah, dan persekutuan. Namun, ketiganya ini sebenarnya adalah satu, dan semuanya berkaitan dengan kenikmatan akan Allah Tritunggal. Melalui kasih sebagai sumber, anugerah sebagai saluran, dan persekutuan sebagai aliran, maka Allah Tritunggal menyalurkan diri‑Nya ke dalam diri kita menjadi kenikmatan kita. Inilah anugerah yang menyertai roh kita. Alangkah ajaibnya Allah Tritunggal sebagai Roh almuhit sekarang berhuni dalam roh kita! Kenikmatan yang ajaib ini menyertai roh kita.

Jika kita ingin menikmati anugerah yang menyertai roh kita, kita perlu melatih roh kita. Cara untuk melatih roh ialah berdoa, doa‑baca firman, dan menyeru nama Tuhan Yesus. Setiap kali kita menyeru nama Tuhan Yesus, atau berdoa kepada Allah Bapa, dengan otomatis kita akan melatih roh kita. Ketika kita menyeru nama Tuhan, berdoa dengan cara yang wajar, dan mendoabacakan firman, kita benar‑benar akan melatih roh kita. Melatih roh kita dengan cara demikian ini adalah rahasia untuk menikmati anugerah yang menyertai roh kita. Oh, kita semua perlu lebih banyak melatih roh untuk menikmati Tuhan!

Kita tahu bahwa manusia memiliki tiga bagian: roh, jiwa, dan tubuh. Melatih tubuh memang perlu dan berguna. Bila kita melatih tubuh, kita bisa tidur lebih nyenyak di malam hari. Mela­tih jiwa, khususnya pikiran, telah ditekan­kan di sekolah‑sekolah. Tetapi, dalam kehidupan kristiani kita, kita perlu banyak menekan­kan latihan roh. Gereja ibarat sebuah gedung olah raga rohani di mana kita dapat melatih roh kita. Semakin kita melatih roh kita, seluruh diri kita akan menjadi semakin sehat dan perkasa. Tubuh jasmani kita akan menjadi sehat, pikiran kita akan menjadi jernih dan tajam, dan roh kita akan penuh energi.

Tiap hari kita perlu melatih tubuh, melatih jiwa, dan melatih roh. Melatih roh adalah satu rahasia dan satu‑satunya jalan untuk mengambil bagian dalam anugerah yang pada hakikatnya adalah Allah Tritunggal sebagai Roh almuhit. Ketika kita menikmati Dia, kita akan menjadi sehat dan kuat baik dalam roh kita maupun dalam seluruh diri kita. Kita ber­syukur kepada Allah, di bawah rahmat‑Nya, Dia telah mem­bawa sejumlah orang di antara kita masuk ke dalam kenik­matan akan Allah Tritunggal melalui melatih roh dengan berdoa, doa‑baca firman, dan menyeru nama Tuhan Yesus yang unggul dan yang tercinta ini. Dengan cara inilah kita menempuh hidup gereja yang penuh sukacita, penuh kenikmatan akan Allah Tritunggal.

Kita sangat mengenal kidung yang berjudul "Amazing Grace". Walau kidung itu sebuah kidung yang baik, tetapi kidung itu tidak menying­gung Allah Tritunggal sebagai bagian kita untuk kita nikmati. Anugerah jauh lebih dalam dari sekadar berkat yang tidak patut kita terima. Anugerah tidak lain adalah Allah Tritunggal ‑ Bapa, Putra, dan Roh ‑ yang telah melalui pro­ses untuk menjadi pengalaman dan kenikmatan kita. Hari ini Allah Tritunggal bukan lagi Allah yang belum melalui proses, atau Allah yang "mentah". Sebaliknya, Dia telah melalui proses inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan. Sebagai Allah yang demikian, Dia telah siap untuk kita terima dan nikmati. Yohanes 1:17 mengatakan bahwa hukum Taurat dibe­rikan melalui Musa, tetapi anugerah datang melalui Yesus Kristus. Ketika anugerah ini menjadi milik kita dalam pengalaman kita, kita akan menikmati Allah Tritunggal dan kita akan dapat mengatakan itulah anugerahku, anuge­rah kita. Anugerah kita justru adalah Allah Tritunggal yang kita nikmati.

Keselamatan Paulus adalah anugerahnya, yakni Allah sendiri sebagai kenikmatannya. Karena itu, anugerah Paulus adalah keselamatannya, dan keselamatannya ialah Allah Tritunggal yang selalu menopangnya dalam keadaan yang sangat sulit itu. Keselamatan sedemikian ini bukan kesela­matan yang obyektif, melainkan yang sangat subyektif dan dapat dialami. Itulah alasan Paulus tidak membicarakan Allah secara teologis dan doktrinal obyektif dalam Surat Filipi, melainkan secara langsung, subyektif, pribadi, dan berupa pengalaman. Paulus dapat berkata, "Anugerahku tidak lain adalah Allahku. Allah itulah anugerahku, dan Tuhan Yesus adalah keselamatanku yang subyektif dan dapat dialami."

Allah Tritunggal dapat menjadi keselamatan Paulus dalam pengalaman karena hari ini Allah adalah Roh itu. Jika Allah Tritunggal ingin menjadi pengalaman dan kenikmatan kita, Ia harus menjadi Roh itu. Jadi, Roh itu adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses ilahi menjadi suplai yang limpah dan lengkap yang mudah dan praktis bagi kita. Kita dapat mengalami Roh itu cukup hanya dengan berseru, "0, Tuhan Yesus." Kita dapat bersaksi dalam peng­alaman kita, ketika kita berseru kepada nama Tuhan Yesus, kita akan minum Roh itu. Seperti halnya kita merasa se­gar dalam batin ketika kita menarik napas, dalam‑dalam di tempat terbuka pada pagi hari, kita pun akan memiliki pe­rasaan batini yang segar bila kita menerima Roh itu me­lalui berseru kepada Tuhan Yesus.

Menerima Roh itu dengan cara berseru kepada Tuhan bukan praktek dari golongan mistik. Tidak, ini adalah sua­tu realitas rohani yang ajaib, dan yang begitu manis, segar dan penuh kenikmatan. Kita tidak mungkin mengalaminya dengan memanggil nama‑nama seperti Plato, Abraham Lincoln, dan sebagainya. Na­mun, alangkah bedanya ketika kita berkata, "Tuhan Yesus, aku cinta kepada‑Mu!" Ini sekali‑kali bukan takhayul atau sekadar gejala psikologis, melainkan melatih roh kita yang sudah dilahirkan kembali untuk menikmati Tuhan.

Puji Tuhan, Dia kini berada dalam roh kita! Karena begitu subyektifnya Allah terhadap, kita, maka Dia menyer­tai kita di mana saja kita berada. Asalkan kita menyeru nama‑Nya, kita akan menerima Dia, menikmati Dia, dan mengalami Dia. Melalui menyeru nama Tuhan, atau berdoa dengan beberapa kata dalam Alkitab, kita akan menikmati Roh itu serta suplai‑Nya yang limpah lengkap. Roh itu ada­lah Dia yang sebenarnya menjadi keselamatan kita. Kita telah menunjukkan bahwa keselamatan kita adalah anuge­rah kita, dan anugerah kita adalah kenikmatan kita akan diri Allah.

Dalam pengalaman kita, anugerah, keselamatan, Roh itu, dan Kristus sebenarnya adalah satu. Anugerah kita adalah keselamatan kita, keselamatan kita adalah Roh itu, dan Roh itu adalah Kristus yang telah diperbesar. Ketika kita menikmati Roh itu dan mengambil bagian dalam Dia, Kristus akan dinyatakan dan diperbesar. Di sa­tu aspek, kita menikmati Roh itu; di aspek lain, Kristus adalah Dia yang diperbesar. Ini sesuai dengan Alkitab mau­pun pengalaman kita. Ketika kita berseru, "Tuhan Yesus," kita akan menikmati Roh itu dalam batin kita. Tetapi, se­bagai akibat dari kenikmatan akan Roh itu, Kristus diper­besar. Dia akan menjadi ekspresi kita.