Artikel

Artikel

Apakah Allah Riil?

Posted 15/11/2012 | 12:11

Menurut pengumpulan pendapat nasional Amerika Serikat baru-baru ini, 93% dari orang Amerika Serikat percaya adanya satu Allah yang berpribadi atau suatu roh kuasa. Namun tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah dengan mata jasmaninya, dan kebanyakan orang mengakui bahwa eksistensi Allah tidak dapat dibuktikan dengan argumentasi logika. Penganut ateisme sering mengatakan, bahwa jika eksistensi Allah tidak dapat dibuktikan, mengapa orang harus percaya bahwa Dia ada?

Orang-orang yang percaya akan eksistensi Allah, khususnya orang Kristen, sudah menulis banyak buku tebal, artikel-artikel pendek, dan karya tulis lain yang mencoba membuktikan eksistensi Allah kepada orang-orang yang ragu-ragu. Mereka memakai contoh-contoh dari alam, mengemukakan pendapat logis yang berdasar pada fakta-fakta ilmiah dan teori-teori serta pertimbangan-pertimbangan filsafat. Orang-orang yang tidak percaya juga menulis banyak buku dan artikel yang mencoba menunjukkan bahwa Allah tidak ada. Orang yang percaya tetap saja percaya, orang yang ragu-ragu tetap saja ragu-ragu. Biasanya, kedua belah pihak tidak mendapatkan apa-apa dari perdebatan itu. Tetapi kita sudah menemukan bahwa sebenarnya manusia dapat membuktikan bagi diri mereka sendiri akan eksistensi Allah.          

Mencari Tempat yang Tepat untuk Bertemu dengan Allah

Untuk menemui seseorang, kita perlu mencari tempat orang itu berada. Untuk mengontak sesuatu, kita perlu tahu lingkungan eksistensi sesuatu itu. Dimanakah Allah? Dalam lingkungan yang bagaimanakah Allah berada? Dimanakah manusia? Dalam lingkungan yang bagaimanakah manusia berada? Adakah lingkungan tertentu yang memungkinkan keduanya bertemu?

Allah Tidak Dapat Dikontaki dengan Sarana Fisik

Dapat dikatakan bahwa tidak ada yang menyangkal bahwa Allah, seandainya Dia ada, tidak terlihat oleh mata jasmani. Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah itu Roh (Yoh. 4:24), tinggal di dalam terang yang tidak terhampiri (1 Tim. 6:16). Walaupun langit menyatakan kemuliaan-Nya (Mzm. 19:2), diri-Nya sendiri tidak dapat dideteksi dengan teleskop, mikroskop, atau alat-alat lain. Dia ada dalam lingkungan lain, alam lain. Memakai panca indera manusia untuk mencari Allah sama seperti mata menangkap gelombang suara atau dengan telinga mendengarkan warna, atau dengan tangan mencoba menjamah bau harum. Hal itu sama mustahilnya dengan televisi tanpa pesawat televisi. Alat peraba jasmani kita bukanlah alat yang tepat untuk berkontak dengan Allah, karena lingkungan fisik (jasmani) bukanlah lingkungan yang memungkinkan kita bertemu dengan Allah. Kita harus berkontak dengan-Nya menurut “panjang gelombang-Nya sendiri.”

Allah Tidak Dapat Direka-reka dalam Lingkungan Kejiwaan

Tidak mungkin pula membuktikan Allah dalam lingkungan psikis atau kejiwaan. Hikmat-Nya terlalu besar untuk dipahami oleh pikiran manusia yang terbatas. Umat manusia belum mampu mengungkapkan keajaiban alam, manusia tidak bisa memahami sepenuhnya perihal hidup, kematian, atau eksistensi (hidup) setelah kematian. Manusia juga belum sanggup menyelidiki berbagai bentuk kehidupan di planet ini, termasuk mikroorganisme dan makhluk-makhluk  raksasa di masa lampau dan masa kini. Manusia masih belum bisa menyingkapkan sepenuhnya mikrokosmos dan makrokosmos dari alam semesta. Manusia belum sepenuhnya menggali riwayat masa lampau diri manusia sendiri. Dan tidak tahu apa yang akan terjadi kelak, termasuk hal-hal sederhana seperti prakiraan cuaca atau menentukan waktu terjadinya gempa bumi yang akan datang. 
Umat manusia bahkan tidak mengerti tentang dirinya sendiri, lalu bagaimana manusia dapat mengerti tentang Perancang dan Pencipta alam semesta atau memahami tujuan keberadaan segala sesuatu (termasuk diri kita)? Allah terlalu besar, agung, universal, dan beragam dalam hikmat (Mzm. 104:24); tidak peduli berapa lama kita merenungkan-Nya, kita tidak mungkin bisa membayangkan sebenarnya Dia itu seperti apa dan apa yang diinginkan-Nya. Makhluk yang terbatas memiliki keterbatasan alamiah dalam memahami Yang tidak terbatas. Adalah lebih sulit bagi manusia untuk memahami Allah daripada cacing memahami manusia. 

Berkontak dengan Allah Melalui Roh Manusia

Manusia hidup lingkungan fisik dan psikis, tetapi Allah berada dalam lingkungan rohani. Karena itu manusia tidak dapat meraba Allah secara jasmani atau membuktikan Allah berdasarkan logika. Tetapi kita tidak mengatakan bahwa Allah tidak mungkin dikontak, atau dibuktikan keberadaan-Nya. Tidak! Hal ini mungkin saja bila kita memakai alat yang tepat. Siapapun yang mencari Dia akan menemukan Dia (Ul. 4:29). 
Seperti telah kita tunjukkan, Allah itu Roh (Yoh. 4:24). Allah menghendaki manusia berkontak dengan Dia. Itulah sebabnya Dia menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa, dan roh (Zak. 12:1; 1 Tes. 5:23). Tubuh adalah untuk berkontak dengan dunia jasmani, seperti pemandangan, suara, obyek-obyek yang kasat mata, dan sebagainya. Jiwa, yang kita pakai untuk berpikir, merasakan dan memutuskan, adalah untuk berkontak dengan hal-hal dari dunia psikis. Tetapi roh manusia diciptakan secara khusus untuk berkontak dengan Allah Sang roh itu. Walaupun kita sudah memakai indra jasmani dan kemampuan psikis dalam seumur hidup kita, tetapi sebagian besar di antara kita tidak pernah menggunakan roh kita. Roh manusia sesifat dengan Roh Allah. 
Seperti halnya bola lampu bercahaya ketika berkontak dengan generator melalui jalur transmisi listrik, demikian pula, ketika kita mengontak Allah, Sang Roh itu, dengan roh kita akan dipenuhi dengan Allah (Ef. 3:19) dan dapat terpancar melalui kita. Begitu kita menjamah Allah secara demikian, tidak ada seorang pun yang dapat mempengaruhi kita dengan mengatakan bahwa Allah tidak ada. Pada saat itu kita tidak hanya mengetahui bahwa Allah itu ada, tetapi juga percaya kepada-Nya dan Dia menjadi riil bagi kita (Ibr. 11:1). Ini bukanlah iman yang membabi buta, melainkan iman yang melihat. Ini bukan lagi masalah filsafat, melainkan pengalaman pertama. 

Orang macam Apakah Anda?

Berbagai macam orang memiliki berbagai macam pertimbangan sebelum pertama kali mengontak Allah dengan roh mereka. Mungkin Anda adalah orang yang sudah mencari Allah sejak lama. Jika demikian, Anda tahu bahwa Allah itu ada entah di mana, tetapi Anda tidak tahu bagaimana mengontak Dia. Yang perlu Anda lakukan adalah memulai berbicara dengan-Nya. Alkitab memberi tahu kita, bahwa Allah menjadi manusia yang diberi nama Yesus Kristus sekitar 2.000 tahun yang lalu (Yoh. 1:1, 14; Mat. 1:20-21). 
Dia menempuh hidup yang sempurna dan benar (Ibr. 4:15), yang melayakkan Dia mati bagi dosa-dosa kita (1 Pet. 3:18). Kemudian Tuhan Yesus bangkit untuk menjadi Roh pemberi-hayat sehingga Dia dapat masuk ke dalam kita (1 Kor. 15:45b; Yoh. 20:22). Kini yang perlu Anda lakukan adalah mengatakan, “Tuhan Yesus, aku ingin berkontak dengan-Mu secara langsung.” Melalui berbicara dengan-Nya sedemikian Anda akan menemukan Dia, karena Dia berkata bahwa Dia memberi upah kepada orang-orang yang mencari-Nya, dan orang yang mencari akan menemukan (Ibr. 11:6). 
Jika Anda adalah orang yang meragukan eksistensi-Nya, Anda juga dapat berkata kepada-Nya, “Tuhan Yesus, aku tidak tahu apakah Engkau itu Allah atau apakah Engkau benar-benar ada. Kalau Engkau memang ada dan nyata, wahyukanlah diri-Mu kepadaku. Aku ingin mengenal-Mu dan berkontak dengan-Mu.” Jika Dia tidak ada, tentu tidak akan ada jawaban. Jika Dia ada dan nyata, Anda akan mendapat jawaban karena Dia akan mewahyukan diri-Nya kepada Anda. 
Jika Anda adalah orang yang ingin tahu lebih banyak tentang Allah, tentang tujuan-Nya atas manusia dan tentang hubungan yang ingin dimiliki-Nya dengan manusia, Anda dapat membaca Alkitab dan membicarakannya dengan orang yang sudah percaya (Kristen). Singkatnya, Dia adalah Allah yang pengasih (1 Yoh. 4:16) dan adil. Tujuan-Nya adalah masuk ke dalam manusia, menjadi hayat manusia melalui pertama-tama masuk ke dalam roh manusia (2 Tim. 4:22), kemudian meresapi jiwa manusia (Ef. 3:17), dan akhirnya mengubah rupa tubuh fana manusia yang hina (Flp. 3:21) sehingga manusia dapat bersatu dengan Allah. Dalam kesatuan antara Allah dengan manusia ini, Allah tinggal di dalam manusia dan manusia tinggal di dalam Allah (Yoh. 14:20; 15:4), Allah menjadi hayat manusia dan manusia menjadi kehidupan Allah (Gal. 2:20). Allah menjadi isi manusia dan manusia menjadi wakil kuasa Allah. Allah adalah otoritas manusia dan manusia menjadi wakil kuasa Allah (Kej. 1:26). Hubungan yang ajaib ini dapat terjadi bila roh manusia berbaur dengan Allah Sang Roh itu (1 Kor. 6:17). Berkatalah kepada Allah, “Tuhan Yesus, pakailah Alkitab dan orang-orang yang telah percaya untuk memberi tahu aku lebih banyak  tentang Engkau, dan wahyukanlah diri-Mu kepadaku sehingga aku bisa mengenal-Mu." 
Jika Anda ingin membuktikan sendiri eksistensi Allah dan mulai menjalin hubungan dengan-Nya, Anda dapat melakukannya saat ini juga dengan mengatakan apa saja yang ada dalam hati Anda dengan kata-kata Anda sendiri. Jika Anda tulus dan terbuka kepada-Nya, Dia akan mewahyukan diri-Nya kepada Anda. Anda tidak mungkin berkata bahwa tidak ada yang dapat membuktikan eksistensi Allah karena Allah sendiri akan membuktikan diri-Nya kepada Anda. Anda akan langsung berkontak dengan-Nya sama seperti kami. Tidak ada yang dapat menyanggah pengalaman kami dan Anda. 

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Traktat no. 1 dalam seri Pertanyaan-Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan Tentang Allah, "Dapatkah Anda Membuktikan bahwa Allah itu Riil?"


Fitur komentar ditutup.