Artikel

Artikel

Darah Kristus Memuaskan Allah

Posted 19/09/2014 | 12:09

Darah adalah untuk penebusan, dan yang pertama dibereskannya ialah kedudukan kita di hadapan Allah. Kita memerlukan pengampunan bagi dosa-dosa yang telah kita perbuat, agar kita tidak jatuh ke bawah penghukuman. Dosa-dosa kita diampuni bukan karena Allah mengabaikan atau acuh tak acuh terhadap apa yang telah kita lakukan, melainkan karena Ia melihat darah. Jadi, darah terutama bukan untuk kita, melainkan untuk Allah. Jika aku ingin memahami nilai darah, aku harus menerima penilaian Allah terhadapnya. Tanpa mengetahui penilaian Allah terhadap darah, aku tidak mungkin dapat mengetahui nilai darah itu bagiku. Bila penilaian Allah atas darah Kristus dinyatakan kepadaku oleh Roh KudusNya, barulah aku mengalami khasiatnya dan nampak betapa berharganya darah itu bagiku. Tetapi ingatlah, darah terutama ditujukan kepada Allah.

Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kata "darah" yang berjumlah lebih dari seratus itu, selalu dihubungkan dengan konsep penebusan. Dalam setiap pemunculannya, darah ditujukan kepada Allah. Dalam kalender Perjanjian Lama, ada satu hari yang berhubungan erat dengan dosa-dosa kita. Hari itu adalah hari raya Pendamaian (Penebusan dosa). Tiada keterangan lain yang menerangkan masalah dosa-dosa sejelas pengungkapan hari Penebusan itu. Dalam Imamat 16 kita nampak, pada hari Penebusan itu, darah yang diambil dari korban penghapus dosa dibawa masuk ke dalam ruang maha kudus, dan dipercikkan tujuh kali di hadapan Tuhan. Kita harus benar-benar jelas terhadap perkara ini. Hari itu, korban penghapus dosa dipersembahkan secara terbuka di pelataran luar Kemah Pertemuan. Segala sesuatu yang ada di sana terbentang jelas di hadapan semua orang. Tetapi Tuhan memerintahkan, seorangpun tidak boleh masuk ke dalam Kemah Pertemuan, selain Imam Besar, dengan membawa darah dan memercikkannya bagi penebusan di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena dalam pekerjaan penebusan, Imam Besar itu melambangkan Tuhan Yesus (Ibrani 9:11-12). Jadi, dalam pelambangan, Imam Besar sendiri yang merampungkan pekerjaan itu. Selain Imam Besar, tidak ada yang diperkenankan masuk, mendekat pun dilarang. Tak hanya demikian, ketika Imam Besar itu masuk ke dalam, ia hanya melakukan satu pekerjaan, yaitu mempersembahkan darah kepada Allah, sebagai sesuatu yang sudah diterima-Nya dan yang memuaskan hati-Nya. Itulah transaksi antara Imam Besar dengan Allah di dalam tempat maha kudus, tidak terlihat oleh orang-orang yang merasakan manfaatnya. Demikianlah ketentuan Allah. Karena itu, darah terutama untuk Allah, bukan untuk kita. Sebelumnya, dalam Keluaran 12:13 sudah ada gam­baran pencurahan darah anak domba Paskah di Mesir untuk penebusan bani Israel. Inipun sebuah lambang yang sangat baik dari penebusan dalam Perjanjian Lama. Darah anak domba dioleskan pada tiang dan ambang pintu, sedang dagingnya dimakan di dalam rumah. Allah berfirman, "Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu." Di sini kita mempunyai satu fakta lain sebagai bukti bahwa darah bukan dipersembahkan kepada manusia, melainkan kepada Allah; karena darah dioleskan pada tiang dan ambang pintu, tidak terlihat oleh orang-orang yang makan daging anak domba di dalam rumah.     

Kekudusan dan keadilan Allah menuntut agar manusia menerima kehidupan (hayat) yang tanpa dosa. Dalam darah ada hayat, dan darah itu harus dicurahkan bagiku dan dosa-dosaku. Allah sendiri yang menghendaki demikian. Allah sendiri menuntut agar darah dipersembahkan untuk memuaskan keadilan-Nya. Ia berkata, "Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu." Darah Kristus sepenuhnya memuaskan Allah. Berkenaan dengan ini, saudara saudari yang baru beroleh selamat sering terperosok ke dalam kesulitan ini. Sebelum percaya Tuhan, mungkin kita sama sekali tidak terganggu oleh hati nurani kita. Suatu hari, Firman Allah membangkitkan kita. Semula hati nurani kita mati, dan orang yang mati hati nuraninya tentu tidak berguna bagi Allah. Tetapi setelah kita percaya, hati nurani kita yang dibangunkan itu mungkin menjadi sangat peka. Inilah yang dapat menimbulkan persoalan serius bagi kita. Perasaan terhadap dosa dan kesalahan menjadi begitu besar dan mengerikan, bahkan sampai menutupi penampakan kita terhadap khasiat sejati dari darah. Akibatnya, kita tidak bertenaga untuk maju. Seolah-olah dosa-dosa kita begitu nyata, dan beberapa jenis dosa mungkin menyulitkan kita cukup lama, sehingga kita merasakan dosa-dosa kita lebih besar daripada darah Kristus. Saat ini, kesulitan kita ialah, kita mencoba merasakan nilai darah. Kita berusaha merasakan nilai darah dan menilai makna darah secara subyektif bagi kita. Kita tidak seharusnya berbuat demikian. Nilai darah sama sekali bukan untuk dirasakan. Darah terutama untuk dilihat oleh Allah. Kita harus menerima penilaian Allah terhadap darah. Dengan berbuat demikian, kita akan memperoleh keselamatan. Kalau kita berusaha menilainya dengan perasaan kita, kita tidak akan memperoleh apa-apa; kita akan tetap tinggal di dalam kegelapan. Ini adalah perkara beriman kepada firman Allah. Kita harus percaya, bahwa darah itu berharga bagi Allah karena Ia mengatakan demikian (1 Petrus 1:18-19). Kalau Allah dapat menerima darah sebagai pembayaran atas dosa-dosa kita, dan sebagai harga tebusan kita, kita boleh merasa tenang dan terjamin, bahwa hutang dosa kita telah terbayar. Bila Allah telah dipuaskan oleh darah, tentunya darah itu boleh diterima. Penilaian kita terhadap darah hanya berdasarkan penilaian Allah, tidak bisa lebih, tidak bisa kurang.Ingat, Allah itu kudus dan adil, dan Allah yang kudus dan adil itu berhak mengatakan, bahwa darah itu boleh diterima dalam pandangan-Nya dan sepenuhnya memuaskan diri-Nya.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, "Kehidupan Orang Kristen Yang Normal", Watchman Nee.