Ditemukan di dalam Kristus dalam Kebenaran Allah

Pembacaan Alkitab: Flp. 3:7‑9; Gal. 2:19‑20
Memiliki wahyu mengenai Kristus tidak berarti kita sudah mendapatkan Kristus. Setelah melihat wahyu, Paulus perlu menuntut demi mendapatkan Kristus. Demikian pula, mungkin kita telah memiliki kemustikaan pengenalan akan Kristus, namun Kristus belum menjadi milik kita dalam pengalaman. Karena itu, seperti halnya Paulus, kita perlu menuntut Kristus agar kita mendapatkan Dia.
Paulus mendapatkan kemustikaan pengenalan akan Kristus melalui wahyu. Ketika Ia berada dalam agama Yahudi, ia berada di bawah hukum Taurat. Penglihatan dan pikirannya diduduki oleh hukum Taurat. Paulus dengan tekun menuntut pengenalan akan hukum Taurat. Baginya pengenalan akan hukum Taurat sangatlah mustika, sehingga ia rela berkorban untuknya. Namun pada suatu hari, dalam perjalanan menuju Damsyik, Tuhan mencelikkan matanya sehingga ia melihat ekonomi Allah mengenal Kristus. Sejak saat itu, Paulus berpaling dari pengenalan akan hukum Taurat kepada pengenalan yang mustika akan Kristus
Karena kemustikaan pengenalan ini, maka Paulus rela menderita rugi atas segala sesuatu dan menganggap semuanya sampah. Dengan perkataan lain, setelah ia melihat wahyu tentang Kristus, segala yang lainnya menjadi sampah, barang rongsokan, atau kotoran. Mengapa Paulus menganggap segalanya rugi? Tidak lain karena kemustikaan pengenalan atas Kristus yang alwasi dan almuhit. Selain itu, ia rela menganggap segala perkara rugi demi mendapatkan Kristus.
Dalam Filipi 3:8 Paulus menyinggung tentang mendapatkan Kristus, dan dalam ayat 9 ia mengatakan tentang ditemukan di dalam Dia. Ini merupakan dua aspek dari satu perkara. Paulus damba untuk mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia. Memiliki kemustikaan pengenalan atas Kristus adalah satu perkara, tetapi mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia adalah perkara lain. Walaupun boleh jadi kita telah melihat wahyu tentang kealwasian dan kealmuhitan Kristus, tetapi kita masih ditemukan dalam etika, budaya atau kelakuan baik, bukan di dalam Kristus. Jika seseorang mengunjungi Anda di rumah Anda, apakah Anda ditemukannya di dalam Kristus? Mungkin Anda bisa menyatakan, "Haleluya, aku ada di dalam Kristus! Aku telah dipindahkan dari Adam ke dalam Kristus." Tetapi, itu mungkin hanya satu pernyataan semata, bukan satu fakta dari pengalaman yang sebenarnya.
Dalam Filipi 2:14 Paulus berkata, "Lakukanlah segala sesuatu tanpa bersungut‑sungut dan berbantah‑bantahan." Dalam kehidupan rumah tangga kita, kita mungkin jarang ditemukan di dalam Kristus, malah mungkin ditemukan di dalam sungut‑sungut dan perbantahan. Sebagai contoh, seorang istri mungkin bersungut‑sungut terhadap suaminya, dan suaminya mungkin menanggapi dengan perbantahan. Dalam peristiwa ini, baik istri maupun suami sama‑sama tidak ditemukan di dalam Kristus.
Kita telah banyak membicarakan tentang Kristus berlawanan dengan agama, budaya dan filsafat. Namun, kebanyakan kita ditemukan di dalam, kebudayaan kita, dalam agama buatan kita, dan dalam filsafat ciptaan kita sendiri. Mungkin kita menetapkan satu kaidah bagi diri kita sendiri dalam kehidupan pernikahan atau hidup gereja. Karena itu, orang lain tidak menemukan kita di dalam Kristus, melainkan dalam diri kita sendiri untuk kehidupan pernikahan maupun hidup gereja. Kaidah tersebut merupakan sumber banyaknya sungut-sungut, perbantahan, dan kritik. Kita mungkin juga menggunakan kaidah tersebut sebagai patokan untuk mengukur orang lain. Oh, penting sekali setelah kita memiliki kemustikaan pengenalan akan Kristus, kita juga mendapatkan Dia dan ditemukan di dalam Dia!
Untuk dapat ditemukan di dalam Kristus ada suatu syarat atau permintaan. Syarat ini ialah kita tidak memiliki kebenaran kita sendiri yang berasal dari hukum Taurat, melainkan kebenaran yang berasal dari Allah berdasarkan iman. Adakalanya kita seolah‑olah ditemukan di dalam Kristus, namun pada saat itu tidak ada realitas kecuali kita memenuhi syarat memiliki kebenaran Allah melalui iman Kristus. Frase "dalam kebenaran Allah" dalam Filipi 3:9 adalah syarat ditemukannya kita di dalam Kristus dalam realitas. Jadi, aspek yang terpenting dari syarat ini ialah kebenaran Allah.
Dalam Filipi 3:9, kebenaran mengacu kepada kehidupan sehari‑hari yang benar terhadap Allah maupun manusia. Ketika Paulus mengisahkan masa lampaunya dalam 3:6, ia berkata bahwa "tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat", ia tidak bercacat. Sebelum ia dipindahkan ke dalam Kristus, ia adalah seorang Farisi yang tidak bercacat dalam hukum Taurat. Paulus mengira dirinya benar dalam kehidupan setiap hari, baik terhadap Allah maupun manusia. Sebenarnya, dia sama sekali tidak benar di hadapan Allah. Kebenaran yang menunjukkan suatu kehidupan yang sungguh‑sungguh benar terhadap Allah dan manusia adalah kebenaran yang berasal dari Allah.
Ungkapan "kebenaran Allah" tidak hanya berarti kebenaran yang dimiliki Allah sendiri; tetapi juga berarti kebenaran ini adalah Allah sendiri. Karena itu, kehidupan yang benar terhadap Allah dan manusia seharusnya adalah Allah sebagai ekspresi dalam kehidupan sehari‑hari kita, dan Allah sendiri diperhidupkan melalui kita. Ketika kita mengasihi orang lain, kasih kita adalah ekspresi Allah. Selain itu, kerendahan hati kita bukan kerendahan hati yang etis semata, tetapi juga kerendahan hati yang ilahi, yakni Allah sendiri yang diperhidupkan dari diri kita. Jika kita ingin ditemukan di dalam Kristus, wajiblah kita berada dalam kondisi di mana Allah terekspresi melalui kita dan menjadi kehidupan sehari‑hari kita.
Bagaimana kebenaran Allah dapat menjadi kehidupan sehari‑hari kita? Hal ini hanya dapat terjadi melalui iman Kristus. Sebagaimana kebenaran Allah adalah Allah itu sendiri, maka iman Kristus adalah Kristus itu sendiri. Iman Kristus bukanlah sesuatu milik Kristus, melainkan Kristus itu sendiri. Hanya melalui mendengarkan firmanlah baru iman Kristus dapat menjadi iman kita. Melalui firman, unsur Kristus masuk ke dalam kita. Dalam waktu yang sama, kita mengalami fungsi Roh itu. Hasil infusi dan fungsi ini ialah iman yang mendatangkan kesatuan organik antara kita dengan Allah Tritunggal. Iman yang benar- benar adalah Kristus sendiri ini membuat kita bersatu dengan Allah secara organik. Dalam kesatuan yang organik ini kita dan Allah adalah satu roh. Kita hidup, Allah juga hidup di dalam kita. Allah hidup, kita juga hidup di dalam Dia.
Melalui kesatuan yang organik yang menggabungkan kita dengan Allah Tritunggal dan menjadikan kita satu roh dengan Dia ini, kita memiliki kebenaran Allah. Kebenaran Allah ini mutlak bukan berasal dari hukum Taurat, melainkan dari iman. Dalam kesatuan organik yang dihasilkan oleh iman ini kita dapat memperhidupkan Allah, Allah juga tertampil dari batin kita, menjadi kebenaran kita. Ketika kita berada dalam kebenaran ini, kita berada dalam kondisi yang tepat untuk ditemukan di dalam Kristus. Pemikiran yang terdapat di sini sangatlah dalam. Namun, bila kita nampak hal ini, kita akan mengalami aspek keselamatan Allah yang tertinggi, dan akan diselamatkan dari semua perkara lainnya. Semoga kita semua damba untuk mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia dalam kondisi sedemikian ini.