Artikel

Artikel

Kebajikan Unggul dari Kehidupan Orang Kristen

Posted 05/06/2014 | 12:06

Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5‑9


Dalam Filipi 1:21 Paulus mendeklarasikan, "Bagiku hidup ada­lah Kristus." Pernyataan ini merupakan satu kesaksian dari realitas batiniah Paulus. Tetapi apakah ekspresi sejati dari suatu kehidupan yang memperhidupkan Kristus? Aspek pertama dari ekspresi kehidupan yang memper­hidupkan Kristus ialah kebaikan hati. Filipi 4:5 mengata­kan, "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang." Dalam kehidupan yang memperhidupkan Kristus terdapat kebaikan hati, tanpa khawatir, tanpa gelisah. Kehidupan yang memperhidupkan Kristus adalah te­duh, sentosa, damai, dan tenang. Sebaliknya, kehidupan yang rusuh atau penuh gejolak adalah kehidupan yang memperhidupkan Iblis. Kebaikan hati merupakan unsur terpenting dari kehidupan yang tenang. Kebaikan hati berarti memper­lakukan orang dengan patut, tenggang rasa, memperhati­kan orang lain. Jika kita ingin menempuh hidup yang tenang, kita harus mempunyai kebaikan hati.

Kebaikan hati mencakup kesabaran dan kepatutan (ke­pantasan). Jika Anda memiliki kebaikan hati, Anda tidak akan berbantah‑bantah, berteng­kar, atau berdebat dengan orang lain. Boleh jadi ada banyak hal yang bisa Anda katakan, tetapi Anda bisa bersabar dan dengan pantas menghadapi orang lain. Kebaikan hati bertolak belakang dengan ambisi yang egoistis dan kemuliaan yang sia‑sia. Kedua hal negatif ini pernah disebut oleh Paulus. Kebaikan hati juga berlawanan dengan bersungut‑sungut dan berbantah‑bantahan. Setiap kali kita cenderung bersaing, ingin kemuliaan yang sia‑sia, sungut‑sungut, dan beralasan, maka tidak ada kete­duhan, kesentosaan, dan kesabaran hati. Kebaikan hati sungguh merupakan suatu ujian yang riil apakah kita benar‑benar memperhi­dupkan Kristus.

Dalam 4:5 Paulus juga berkata, "Tuhan itu dekat" (Tl.). Ini terutama ditujukan kepada pe­nyertaan Tuhan dengan kita. Tuhan itu dekat, Dia beserta kita. Ketika kita memperhidupkan Dia, menerima Dia seba­gai teladan kita, dan menganggap segalanya rugi demi men­dapatkan Dia, kita akan merasa Dia sedang menyertai kita. Dia itu dekat dalam ruang dan waktu. Dalam ruang, Tuhan dekat terhadap kita, siap membantu kita. Dalam waktu, Tuhan dekat dengan kita, segera datang lagi. Karena Tuhan itu dekat, buat apa kita gelisah dan terganggu?

Dalam ayat 6 Paulus meneruskan, "Janganlah hendak­nya kamu khawatir tentang apa pun juga . . ." Kerapkali bila kita mendengar kabar buruk, kita akan cemas dan menjadi khawatir. Kekhawatiran akan merusak kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Janganlah khawatir, me­lainkan dalam setiap hal kita nyatakan keinginan kita ke­pada Allah melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Demikian, damai sejahtera Allah akan menjaga ha­ti dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat 7). Damai se­jahtera Allah akan menyelamatkan kita dari ketakutan dan kekhawatiran. Dibebaskan dari kekhawatiran adalah untuk menjaga kita tetap tenang dan teduh.

Dalam ayat 6 Paulus menyuruh kita, "Nyatakanlah da­lam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." Kata "segala hal" ditu­jukan kepada berbagai hal yang kita alami tiap hari. Di bawah berkat Tuhan, banyak hal positif yang terjadi, dan kita mendengar kabar baik. Namun, kita juga mengalami hal‑hal negatif dan mendengar kabar buruk. Namun, dalam setiap hal kita harus menyatakan keinginan kita kepada Allah melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Baik doa dan permohonan kita seharus­nya disertai dengan ucapan syukur kita kepada Tuhan.

Paulus berkata, "Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah." Maksud frase "kepada Allah" di sini adalah dalam persekutuan dengan Allah. Kita harus menyatakan keinginan kita kepada Allah dalam perseku­tuan yang sedemikian, dalam persatuan dan persekutuan erat yang demikian. Ini memerlukan kita berdoa untuk berkontak dengan Allah. Hasil dari bersatu secara organik dengan Tuhan adalah damai sejahtera Allah menjaga hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat 7). Damai sejahtera Allah sebenarnya adalah Allah sendiri sebagai damai sejahtera (ayat 9) diin­fuskan ke dalam kita melalui persekutuan kita dengan Dia melalui doa, sebagai penangkal kegelisahan dan penawar kekhawatiran (Yoh. 16:33).

Dalam ayat 7 Paulus mengatakan bahwa damai sejah­tera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Istilah "memelihara" boleh juga diterjemah­kan sebagai "menjaga". Allah sumber damai sejahtera ber­patroli di hadapan pikiran dan hati kita dalam Kristus, menjaga kita tetap tenang dan teduh. Hati adalah sumber, pikiran adalah saluran. Damai sejahtera Allah menjaga hati dan pikiran kita. Ini berarti di dalam Kristus Yesus damai sejahtera berpatroli sebagai pengawal yang mondar mandir di depan hati dan pikiran kita. Damai sejahtera Allah yang berpatroli dalam diri kita sedemikian itu me­melihara kita supaya kita tenang dan teduh. Sekalipun kita mungkin mengalami banyak kesukaran dan kekhawatiran, tidak ada apa pun yang dapat mengganggu kita. Ini bukan sekadar ajaran, melainkan perkataan yang cocok dengan pengalaman kita. Dari pengalaman kita tahu bahwa damai sejahtera Allah terinfus ke dalam kita, sehingga kita men­jadi tenang.

Mengatakan kita harus memiliki kebaikan hati dan bebas dari khawatir tidak berarti bahwa setiap hari kita akan menerima kabar baik melulu. Iblis sering mengirim­kan kabar buruk kepada kita. Namun kita tidak perlu ge­lisah karena kabar buruk itu, sebab kita mempunyai damai sejahtera Allah. Allah itu sendiri sebagai damai sejahtera di batin kita, menjaga perasaan batin kita. Tetapi, jika kita ingin mengalami damai sejahtera Allah ini, kita harus ber­doa dan bersekutu dengan Allah. Bila kita memiliki kebaikan hati dan tidak khawatir, kita akan senantiasa dalam suasana tenang dan teduh. Kemudian kita dapat memperhidupkan Kristus dan memiliki kenikmatan yang penuh akan Kristus.

Dalam ayat 8, Paulus memberi kita aspek‑aspek pengendali, "Jadi, akhirnya, Saudara‑saudara, Semua yang be­nar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah se­muanya itu." Pertama,benar.Kata "be­nar" di sini berarti benar secara moral, bukan benar dalam perkara. Dalam ekspresi kehidupan yang memperhidupkan Kristus tidak bisa ada kepalsuan atau dusta. Apa pun yang kita lakukan dan katakan haruslah benar. Tidak seorang pun yang memperhidupkan Kristus boleh mempraktekkan kepalsuan atau kepura‑puraan macam apa pun. Kehidupan mengekspresikan Kristus adalah kehidupan yang benar.

Aspek kedua ialah "semua yang mulia". Istilah "mulia" dalam bahasa aslinya berarti yang patut dihormati, layak dihormati, terhormat, disegani (1 Tim. 3:8, 11; Tit. 2:2), menyiratkan konsep keagungan yang mengilhami dan meng­undang rasa hormat. Kehidupan yang memperhidupkan Kristus seharusnya bermartabat, terhormat, disegani, man­tap, berbobot, dan agung. Aspek ketiga ialah "semua yang adil". Ini ditujukan kepada apa yang benar di hadapan Allah dan manusia. Aspek keempat ialah “suci”. Istilah suci dalam ungkapan "semua yang suci" berarti tulus dalam maksud dan tindakan, tanpa campuran apa pun. Suci yang sedemikian ini berarti tidak berpura‑pura. Aspek kelima ialah "semua yang manis". Istilah "manis" berarti patut dikasihi, menyenangkan, layak disayang. Butir keenam dari aspek-aspek pengendali dari kehidupan yang memperhidupkan Kristus adalah tentang "semua yang sedap didengar". Ini berarti semua yang bereputasi baik, menarik, memikat, dan ramah.

Bila kita dengan seksama merenungkan kebajikan‑ke­bajikan yang tercantum dalam 4:8, kita harus mengakui bahwa dalam diri kita sendiri, kita tidak mampu memper­hidupkan kehidupan yang demikian. Karena itu, kita harus maju ke 4:13 di mana Paulus berkata, "Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Se­mua kebajikan dalam 4:8 merupakan ekspresi Kristus yang di dalam‑Nya Paulus dapat melakukan segala sesuatu. Ber­dasarkan seluruh konteks Surat Filipi, dapat kita katakan bahwa keenam kebajikan dalam 4:8 adalah ekspresi kehi­dupan yang memperhidupkan Kristus. Semuanya ini bukan semata‑mata kebajikan insani. Kebajikan‑kebajikan ini tidak lain adalah ekspresi Kristus yang kita perhidupkan.

Alangkah unggulnya ekspresi kehidupan yang memper­hidupkan Kristus! Keenam aspek dalam ayat 8 ini sesung­guhnya adalah kebajikan unggul dari kehidupan orang Kristen. Betapa unggul kebajikan‑kebajikan seperti: benar, terhormat, adil, suci, manis, dan hal‑hal yang sedap didengar. Dalam setiap aspek yang unggul ini terdapat kebajikan dan sesuatu yang patut dipuji. Kita harus menaruh perhatian pada hal‑hal ini, yakni kita harus memikirkan, merenung­kan, dan mempertimbangkan semuanya ini.