Artikel

Artikel

Kegenapan Paskah dalam Perjanjian Baru

Posted 17/04/2014 | 12:04

Pembacaan Alkitab: Mat. 26:1-2, 17-29


Matius 26:1 dan 2 berkata, "Setelah Yesus mengakhiri segala perkataan itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya, 'Kamu tahu bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.'" Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan. Firman Tuhan di sini bermakna bahwa penyaliban-Nya adalah kegenapan Paskah. Paskah ini Paskah yang terakhir. Paskah telah dirayakan oleh umat Allah lebih dari lima belas abad. Tetapi sekarang Paskah harus diakhiri dan digantikan. Dengan menyebutkan Paskah dan penyaliban Anak Manusia bersamaan, Tuhan mengisyaratkan bahwa penyaliban-Nya adalah penggenapan Paskah dan Ia sendiri adalah Anak Domba Paskah.  

Paskah adalah lambang Kristus (1 Kor. 5:7). Kristus adalah Anak Domba Allah yang menyebabkan Allah melewati kita, orang berdosa, sebagaimana digambarkan dalam perlambangan oleh Paskah dalam Keluaran 12. Sebab itu, Kristus sebagai Domba Paskah harus dibunuh pada hari Paskah bagi kegenapannya. Menurut lambang, Anak Domba Paskah wajib diperiksa dalam kesempurnaannya selama empat hari sebelum hari Paskah (Kel. 2:3-6). Sebelum penyaliban-Nya enam hari Kristus datang ke Yerusalem untuk terakhir kali (Yoh. 12:1), dan diperiksa oleh pemimpin Yahudi selama beberapa hari (Mat. 21:23--22:46). Tiada noda yang terdapat pada diri-Nya, dan Ia dibuktikan sempurna dan bersyarat menjadi Anak Domba Paskah bagi kita.

Matius 26:21-25 mewahyukan bahwa perjamuan meja Tuhan ditetapkan pada saat Ia dikhianati. Ayat 21 berkata, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Ketika murid-murid mendengarnya, mereka sedih dan masing-masing mulai berkata kepada-Nya, "Bukan aku, ya Rabi?" Ketika Yudas bertanya, Tuhan membiarkan perkataan Yudas sendiri menuduhnya (ay. 25). Setelah ini, pergilah Yudas. Ia tak tahan tinggal di sana lagi. Kemudian sesudah Yudas pergi, Ia baru menetapkan perjamuan meja Tuhan. Jadi, Yudas ikut dalam perayaan hari Paskah, tetapi tidak ikut dalam perjamuan meja Tuhan. Setelah murid palsu itu disingkapkan, barulah Tuhan menetapkan perjamuan dengan sebelas murid-Nya yang sejati.

Matius 26:26 berkata, "Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Mulai dari ayat 26, perjamuan meja Tuhan didirikan. Tuhan dan murid-murid mula-mula makan perayaan Paskah (ay. 20-25; Luk. 22:14-18). Kemudian Tuhan menetapkan perjamuan meja-Nya dengan roti dan cawan (ay. 26-28; Luk. 22:19-20, 1 Kor. 11:23-26) untuk menggantikan perayaan Paskah, sebab Ia akan menggenapkan perlambangan itu dan menjadi Paskah yang sejati bagi kita (1 Kor. 5:7). Jadi, dalam pasal ini ada dua meja: meja Paskah dan meja Perjanjian Baru. Meja perjamuan Paskah ialah meja ekonomi Perjanjian Lama, tetapi perjamuan meja Tuhan adalah meja ekonomi Perjanjian Baru.

Dalam ayat 26 Tuhan mengambil roti, memberkatinya, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada murid-murid sambil berkata, "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Roti dari meja Tuhan ialah tanda yang melambangkan tubuh jasmani Tuhan yang terpecah bagi kita di atas salib bagi kita untuk melepaskan hayat-Nya agar kita dapat mengambil bagian di dalamnya. Dengan berbagian dalam hayat ini kita menjadi tubuh Kristus yang ajaib. (1 Kor. 12:27), yang dilambangkan pula oleh roti (1 Kor. 10:17). Sebab itu dengan mengambil bagian roti ini, kita mempunyai persekutuan Tubuh Kristus (1 Kor. 10:16).  

Pada hari Paskah orang makan daging domba Paskah. Tetapi setelah perayaan Paskah, Tuhan Yesus tidak mengambil daging domba, melainkan Ia mengambil roti dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dimakan. Roti ini melambangkan tubuh Tuhan untuk memelihara dan merawat kita. Tuhan tidak menyuruh kita mengingat kematian-Nya melainkan mengingat Dia, sebab Ia berkata, "Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (Luk. 22:19). Ia menyuruh kita mengingat Dia dengan makan roti dan minum cawan. Ini bukan hanya peringatan, tatapi juga penikmatan akan Tuhan. Mengambil bagian atas perjamuan meja Tuhan secara demikian berarti makan dan minum Dia.

Lukas 22:19 berkata, "Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya, 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.'" Menurut ayat ini, kita makan untuk mengingat Tuhan. Sebab itu, peringatan sejati bukan merenungkan riwayat hidup Tuhan, melainkan dengan makan Dia, menerima Dia ke dalam kita.  

Untuk pertanda tubuh-Nya, Tuhan tidak menggunakan butir gandum melainkan satu ketul. Satu ketul roti berarti bahwa banyak gandum telah mengalami proses panjang sehingga menjadi roti. Pertama-tama, benih ditaburkan ke dalam tanah. Kemudian tumbuh dan menghasilkan biji gandum. Setelah dituai, biji gandum itu ditumbuk menjadi tepung yang dicampur menjadi gumpalan dan dipanggang dalam oven untuk dibuat menjadi seketul roti. Kemudian barulah kita punya seketul roti untuk dimakan. Sebagai biji gandum (Yoh. 12:24), Tuhan Yesus telah melalui proses sedemikian sampai akhirnya Ia menjadi roti di atas meja untuk kita makan. Setiap kali kita datang pada meja Tuhan kita wajib menyadari hal ini. Kita harus mampu berkata, "Tuhan, hari ini Engkau adalah roti kami sebab Engkau telah diproses bagi kami. Kini Engkaulah roti di atas meja untuk kami makan."  

Roti di atas meja pertama-tama melambangkan tubuh jasmani Tuhan yang disalibkan di atas salib. Tetapi setelah kebangkitan-Nya, tubuh ini menjadi tubuh yang mistikal, sebab diperbesar menjadi tubuh-Nya yang ajaib. Tubuh Tuhan yang ajaib meliputi kita semua. Sebab itu ketika kita melihat roti di atas meja Tuhan, kita perlu menyadari bahwa itu ialah lambang tubuh Tuhan yang jasmani dan tubuh-Nya yang mistikal. Karena itu ketika kita memecahkan roti dan memakannya, kita mempunyai persekutuan dalam Tubuh Tuhan (1 Kor. 10:16). Semua anggota Tubuh Kristus yang ajaib dilukiskan dalam seketul roti itu. Karena itu pada meja-Nya, kita tidak saja menikmati Tuhan Yesus, tetapi juga kaum imani. Dengan kata lain, kita menikmati Kristus dan gereja. Baik Kristus maupun gereja adalah kenikmatan kita.

Matius 26:27 berkata, "Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, 'Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.'" Roti disebutkan sebelum cawan sebab tujuan kekal Allah bukan penebusan, melainkan memperoleh tubuh Kristus. Namun, kita perlu diingatkan, bahwa sebagai orang berdosa kita mempunyai masalah dosa dan Tuhan mencucurkan darah-Nya untuk membersihkan kita. Darah-Nya menjadikan penebusan itu lengkap bagi kita sehingga semua dosa kita dapat diampuni.  

Darah Tuhan menebus kita dari keadaan kita yang telah jatuh kembali kepada Allah dan kembali kepada berkat Allah yang penuh. Mengenai meja Tuhan (1 Kor. 10:21), roti melambangkan partisipasi kita dalam hayat dan cawan ialah kenikmatan kita atas berkat Allah dan bahkan Allah sendiri menjadi bagian kita (Mzm. 16:5). Di dalam Adam bagian kita ialah cawan murka Allah (Why. 14:10). Kristus telah minum cawan itu bagi kita (Yoh. 18:11) dan darah-Nya menjadi cawan keselamatan bagi kita (Mzm. 116:13), cawan yang penuh melimpah. Dengan berbagian dalam cawan ini kita pun mempunyai persekutuan darah Kristus (1 Kor. 10:16).  

Ayat 28 berkata, "Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa." Hasil pokok anggur (ay. 29) di dalam cawan meja Tuhan adalah simbol yang melambangkan darah Tuhan telah tercucur di atas salib bagi dosa kita. Darah-Nya dituntut oleh kebenaran Allah bagi pengampunan dosa kita (Ibr. 9:22).  Darah Tuhan, setelah memuaskan kebenaran Allah, lalu menetapkan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru ini, Allah memberi kita pengampunan, hayat, keselamatan, dan semua berkat rohani, surgawi, dan ilahi. Ketika Perjanjian Baru ini diberikan kepada kita, adalah satu cawan (Luk. 22:20), suatu bagian kita. Tuhan mencucurkan darah, Allah menetapkan perjanjian dan kita menikmati cawan yang di dalamnya Allah dan semua apa adanya Dia adalah bagian kita. Perjanjian adalah bukti hak milik yang Allah buat untuk kita, dan cawan adalah bagian yang kita terima dari Allah.  

Terakhir, Matius 26:29 berkata, "Akan tetapi, Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." Dengan berkata demikian, Tuhan menjelaskan bahwa sejak saat Ia menetapkan perjamuan meja-Nya, Ia akan berada jauh dari murid-murid secara jasmani dan tidak minum anggur bersama mereka hingga ia meminum anggur baru beserta mereka dalam Kerajaan Surga, di mana Tuhan akan minum bersama kita setelah kedatangan-Nya kembali. Haleluya!