Kehebatan Kuasa Allah
Pembacaan Alkitab: Ef. 1:18-19
Dalam Efesus 1:18‑19 Paulus berdoa agar kita mengetahui pengharapan panggilan Allah, mengetahui kekayaan warisan Allah di dalam orang‑orang kudus, dan mengetahui kehebatan kuasa Allah bagi kita orang‑orang yang percaya. Sehubungan dengan ketiga hal ini kita perlu mengetahui tiga kata kunci: pengharapan, kemuliaan, dan kuasa. Pengharapan ialah pengharapan panggilan Allah, kemuliaan ialah kemuliaan warisan Allah di dalam orang‑orang kudus, dan kuasa ialah kuasa terhadap kita orang‑orang yang percaya menurut operasi kekuatan Allah yang Dia kerjakan di dalam Kristus.
Kita sekarang hidup di zaman di mana ilmu pengetahuan dan teknologi begitu maju. Khususnya pada zaman nuklir ini, kita sangat merasakan perlunya kekuatan atau energi untuk melakukan setiap perkara. Sebagai contoh, manusia memerlukan kekuatan untuk mendarat di bulan. Tanpa kekuatan, tidak mungkin kita berbuat apa‑apa. Kuasa yang menggenapkan pengharapan kita adalah kuasa yang dikatakan dalam Efesus 3:20, di mana Paulus mengatakan bahwa Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. Kata "bekerja" dalam Efesus 3:20 berarti beroperasi. Dalam bahasa Inggris, searti dengan memberikan energi. Jadi kuasa dalam kita itu bukan hanya bekerja dan beroperasi, bahkan memberikan energi. Bahasa manusia tidak cukup untuk melukiskan kehebatan kuasa ini.
Kuasa Allah yang begitu hebat ini hanya bagi orang‑orang yang percaya. Hal ini seperti tenaga listrik yang mengalir terus‑menerus dari pusat pembangkitnya ke rumah kita, untuk kebutuhan sehari‑hari kita. Demikian pula, kuasa ilahi pun terus‑menerus tersalur ke dalam kita, menjadikan kita warisan bagi kegenapan kehendak Allah yang kekal. Kuasa hebat yang Allah nyatakan terhadap kita sama dengan pekerjaan kuat kuasa‑Nya yang Dia kerjakan di dalam Kristus. Dengan kata lain, kuasa Allah terhadap kita sama dengan kuasa yang bekerja di dalam Kristus.
Apa saja kehebatan dari kuasa Allah ini? Pertama, kuasa hebat yang bekerja dalam Kristus membangkitkan Dia dari antara orang mati. Kuasa ini telah menaklukkan maut, kubur, dan alam maut, tempat orang mati tertahan. Karena kuasa kebangkitan Allah inilah, maut dan alam maut tidak berdaya menahan Kristus (Kis. 2:24). Kedua, kehebatan kuasa Allah juga mendudukkan Kristus di sebelah kanan Allah di surga, "jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap‑tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang" (ayat 20‑21). Sebelah kanan Allah, tempat Kristus didudukkan oleh kuasa Allah yang hebat, adalah tempat yang terhormat, tempat dengan otoritas tertinggi. Surga ini bukan hanya mengacu kepada langit tingkat tiga, tempat tertinggi dalam alam semesta, tempat Allah berdiam, tetapi juga keadaan dan atmosfer surga, tempat Kristus didudukkan oleh kuasa Allah. Kristus telah didudukkan di atas segala pemerintah, penguasa, kuasa, kerajaan, dan tiap‑tiap nama yang dapat disebut. Dengan kuasa Allah yang hebat, Kristus yang naik ke surga telah didudukkan jauh lebih tinggi daripada segala pemerintah, penguasa, kekuasaan, dan kerajaan dalam alam semesta. Bahkan Kristus didudukkan jauh melampaui setiap nama yang dapat disebut, bukan hanya dalam zaman ini, tetapi juga dalam zaman yang akan datang.
Ketiga, kuasa yang Allah kerjakan di dalam Kristus telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus. Ayat 22 mengatakan, "Segala sesuatu telah diletakkan‑Nya di bawah kaki Kristus." Di sini kita nampak kuasa‑Nya yang menundukkan, kuasa yang menundukkan segala sesuatu. Keempat, kuasa Allah yang dikerjakan‑Nya dalam Kristus menjadikan Kristus Kepala atas segala sesuatu kepada gereja. Bagian akhir dari ayat 22 mengatakan, "Dia telah diberikan‑Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada." Kekepalaan Kristus atas segala sesuatu adalah pemberian dari Allah kepada‑Nya. Melalui kuasa Allah yang unggul, Kristus menerima kekepalaan dalam alam semesta. Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, didudukkan di surga, menerima segala sesuatu ditaklukkan kepada‑Nya, dan dijadikan Kepala atas segala sesuatu dalam keadaan‑Nya sebagai manusia, dalam keinsanian‑Nya dengan keilahian‑Nya.
Dalam Efesus 1:19-22 tersebut kita nampak empat aspek kuasa yang bekerja di dalam Kristus: kuasa kebangkitan, kuasa kenaikan, kuasa penakluk, dan kuasa mengepalai. Kuasa empat ganda ini ditransmisikan kepada gereja. Ungkapan "kepada Jemaat" dalam ayat 22 menyiratkan adanya semacam transmisi. Apa pun yang telah dicapai dan didapatkan oleh Kristus, Sang Kepala, ditransmisikan kepada gereja, Tubuh‑Nya. Dalam transmisi ini gereja mengambil bagian dengan Kristus dalam segala pencapaian‑Nya: kebangkitan dari antara orang mati, didudukkannya Dia dalam keunggulan‑Nya, penaklukan segala sesuatu di bawah kaki‑Nya, dan kekepalaan atas segala sesuatu.
Jika kita mengetahui betapa hebat kuasa ilahi yang beroperasi di dalam Kristus, kita takkan pernah memakai kelemahan kita sebagai alasan. Sehubungan dengan kuasa yang sedemikian, kelemahan kita menjadi tidak berarti apa‑apa. Kuasa ilahi ini dapat membangkitkan kita dari antara orang mati, sekalipun kita, telah mati, telah dikubur, dan telah berbau seperti Lazarus. Beberapa saudari mungkin sering mengatakan bahwa mereka adalah bejana yang lemah. Memang, menurut 1 Petrus 3:7, saudari‑saudari merupakan bejana yang lemah, tetapi ketahuilah bahwa “kuasa nuklir surgawi” tersedia bagi mereka. Pada kuasa ini tidak ada kelemahan.
Dalam Efesus 6:10 Paulus berkata, "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa‑Nya." Kata‑kata Paulus dalam pasal 6 berdasar pada perkataan yang ia ucapkan dalam pasal 1. Bersandar kuasa ilahi ini kita dapat menjadi kuat dan berdiri tegap. Kerap kali saudara saudari berkata bahwa mereka sedang "merosot". Tetapi kita sebenarnya tidak "merosot" ‑ kita sedang berada di surga yang jauh melampui segala- galanya. Kita sedang berada dalam keunggulan Kristus, jauh di atas segala sesuatu, termasuk segala setan, malaikat-malaikat jahat, pemerintah, dan penguasa. Jika kita menyadari hal ini, tidak ada apa pun yang mampu merubuhkan kita. Ini bukan satu impian, melainkan kuasa yang akan menggenapkan kemuliaan dan mewujudkan pengharapan kita yang satu‑satunya itu. Pengharapan kita tidak sia‑sia, sebaliknya ia memiliki dasar yang kuat dan teguh di dalam kuasa ilahi. Sebelum para astronot mendarat di bulan, mereka memiliki keyakinan penuh bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mencapai dan mendarat di bulan. Demikian pula, dasar kita ialah kuasa Allah yang hebat terhadap kita, orang‑orang yang percaya. Kuasa yang hebat itu ditujukan kepada kita, orang‑orang yang percaya.
Karena yang ada di dalam kita adalah kuasa yang unggul yang membuat kita melampaui segala‑galanya. Kita perlu bangkit dari kelemahan kita dan percaya kepada perkataan yang mengatakan bahwa kita adalah luar biasa. Kita perlu melihat hal ini, percaya hal ini, dan mengatakan hal ini. Kita pun perlu mengetahui bahwa segala perkara telah ditaklukkan di bawah kaki kita. Jangan percaya kepada situasi Anda, ambillah firman dan umumkan apa saja yang Dia katakan. Lagi pula, kita harus memelihara diri kita di bawah kekepalaan Kristus. Jika kita demikian, kita akan berada di dalam proses penyatuan segala sesuatu di bawah satu kepala. Hasil dari semuanya itu ialah hidup gereja. Setiap problem dalam hidup gereja berasal dari kurangnya pengenalan penuh atas kuasa ilahi ini. Bila kita memiliki pengenalan penuh atas kuasa ini dan hidup olehnya, kita akan memiliki hidup gereja yang indah, yaitu hidup gereja tanpa problem apa pun.