Artikel

Artikel

Langkah Pekerjaan Kristus

Posted 11/03/2013 | 12:03

Sebaliknya, ada orang yang pernah bersaksi di dalam suatu nas, katanya, “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”

(Ibrani 2:6)

Mengapa kebenaran tentang Kristus adalah manusia, sangatlah penting? Sebab, manusia yang pertama, Adam, yang diciptakan Allah dalam Kejadian pasal 1, gagal merampungkan ketetapan kehendak Allah atas manusia. Kemudian, melalui nubuat Mazmur pasal 8 menyinggung manusia yang lain, seorang manusia yang akan menggantikan manusia yang pertama dan akan menggenapkan tujuan Allah. Ibrani pasal 2 memberitahu kita bahwa manusia lain ini, manusia yang kedua, adalah Yesus; Dia telah datang dan telah merampungkan begitu banyak hal bagi penggenapan hasrat Allah terhadap manusia seperti yang diwahyukan dalam Kejadian 1:26-28 dan yang digambarkan dalam Mazmur 8:4-8. Maka, segala hal yang gagal dilakukan oleh manusia pertama, Adam, telah digenapkan oleh manusia yang kedua, Kristus, dengan menggantikan manusia yang pertama.

Ibrani pasal 2 telah menggenapkan nubuat-nubuat dalam Mazmur 8 dan 22 mengenai langkah-langkah utama yang diambil Kristus, sebagai seorang manusia, untuk menggenapkan ketetapan kehendak kekal Allah. Langkah pertama, dalam Inkarnasi, Kristus mengambil bagian dalam sifat insani (yaitu mengambil bagian dalam darah dan daging anak-anak Allah – Ibr. 2:14). Pemikiran ini lebih dalam dan lebih tinggi. Coba bayangkan, pada suatu hari, Putra Allah, Allah kita, benar‑benar menjadi sesifat dengan kita. Ia menjadi manu­sia yang mengambil bagian atas darah daging. 0, alangkah ajaibnya! Juruselamat kita tidak berbeda dengan kita. Allah dan Juruselamat kita benar‑benar serupa dengan kita. Selain itu, karena bersimpati kepada kita, Kristus mengambil ba­gian dalam sifat kita, mengambil bagian dalam darah da­ging seperti kita. Ia sebagai Putra Allah yang sulung dan kita adalah saudara‑saudara‑Nya. Namun kita ini lemah dan rapuh dalam daging. Maka Ia menjadi manusia dalam daging, sama seperti kita. Karena kita lemah dan rapuh, kita perlu simpati‑Nya. Bila Anda ingin bersimpati kepada orang lain, Anda perlu menjadi sama seperti orang itu. Tan­pa menjadi sederajat dan sama dengan Anda, saya tidak mungkin bersimpati kepada Anda. Tetapi bila saya dalam keadaan yang sama dengan Anda, saya baru dapat bersim­pati kepada Anda. Simpati Tuhan kepada kita juga merupa­kan salah satu aspek inkarnasi‑Nya. Ini diterangkan dalam Ibrani 2:17. Dalam segala hal Tuhan dijadikan sama de­ngan saudara‑saudara‑Nya, agar Ia dapat bersimpati kepa­da mereka.

Langkah kedua, dalam ketersaliban, Kristus menderita kematian bagi segala sesuatu (Ibr. 2:9), untuk mengadakan pendamaian bagi dosa umat Allah (Ibr. 2:17). Karena Ia menjadi kurban pendamaian, maka Allah telah puas sepe­nuhnya terhadap kita. Kini kita tidak lagi berada di bawah maut atau dosa. Walaupun dalam alam semesta masih ada maut dan dosa, namun melalui kematian Kristus, penya­liban Kristus yang almuhit, kita telah dibebaskan dari maut dan dosa. Jangan mempercayai perasaan Anda. Jangan ber­kata, mengapa aku tidak merasakan kalau maut dan dosa itu telah disingkirkan. Perasaan Anda itu palsu. Allah me­ngatakan, "Telah disingkirkan!' Anda percaya kepada pera­saan Anda sendiri atau percaya kepada firman Allah? Selain maut dan dosa, kita masih mempunyai masalah lain, yaitu Iblis. Tetapi dalam penyaliban‑Nya, Kristus juga telah memusnahkan Iblis (2:14). Istilah "memusnahkan" dalam bahasa Yunani mengan­dung arti membuatnya nihil, membuatnya tidak berguna, menyingkirkan, menghapuskan, membatalkan, meniada­kan. Inilah fakta yang telah genap, fak­ta yang tercatat dalam Alkitab, sebagai wasiat bagi kita. Kita harus menerapkannya melalui iman berdasarkan fir­man Allah ini. Kematian Kristus pun telah membebaskan kita yang berada dalam perhambaan karena takut akan maut (2:15). Karena Kristus demi kematian‑Nya telah mengalami maut bagi kita, Ia pun telah memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut itu, maka kematian‑Nya telah membebaskan kita yang berada dalam perhambaan karena takut akan maut. Kita telah bebas dari perhambaan yang demikian. Karena penyaliban Kristus yang almuhit, tidak ada lagi maut, dosa, Iblis, ketakutan akan maut, dan perhambaan. Oleh belas kasihan‑Nya, Tuhan telah mencelikkan mata kita dan kita telah nampak kematian‑Nya yang almuhit ini. Melalui pe­ngalaman, kita benar‑benar menyadari bahwa maut, dosa, Iblis, ketakutan akan maut, dan perhambaan, semua telah terenyah dalam penyaliban Kristus.

Langkah ketiga, dalam kebangkitan, Ibrani 2:11‑12 menerangkan bahwa dalam kebangkitan, Kristus telah menghasilkan banyak saudara. Melalui kebangkitan‑Nya, kita semua telah dilahirkan kembali (1 Ptr. 1:3). Kematian‑Nya telah melepaskan hayat ilahi yang ada di dalam‑Nya, dan kebangkitan‑Nya telah menyalurkan ha­yat Allah ke dalam kita, sehingga kita menjadi anak‑anak Allah, dan saudara‑saudara Kristus. Ia adalah sebutir biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, dan kemudian menghasilkan banyak biji gandum, yaitu kita ini (Yoh. 12:24). Ia adalah biji gandum yang sebutir itu, kita sekarang adalah biji‑biji gandum yang banyak, yaitu saudara‑saudara‑Nya yang banyak yang dilahirkan di dalam kebangkitan‑Nya. Itulah sebabnya, begitu Ia bangkit, Ia segera menyebut kita saudara‑saudara‑Nya (Yoh. 20:17).Dalam kebangkitan‑Nya, Kristus, bukan hanya melahir­kan banyak saudara, tetapi juga datang kepada saudara-­saudara‑Nya serta memberitakan nama Bapa kepada mere­ka (2:12). Apakah nama Bapa itu? Hal ini sangat besar. Nama Bapa justru Bapa itu sendiri. Bapa adalah nama‑Nya.Dalam kebangkitan, Kristus, tidak hanya memberita­kan nama Bapa kepada saudara‑saudara‑Nya, juga memuji-­muji Bapa di tengah‑tengah jemaat (2:11‑12). Ketika kita, putra-putra Allah, bersidang sebagai gereja dan memuji Bapa, Putra Sulung memuji Bapa dalam pujian kita. Dia tidak memuji Bapa sendirian dan terpisah dari kita, melainkan melalui pujian kita memuji di dalam kita dan bersama kita. Dalam nyanyian kita, Dia menyanyikan kidung pujian kepada Bapa. Karena itu jika kita tidak menyanyi, bagaimana Dia dapat menyanyi? Semakin kita menyanyi kepada Bapa, semakin kita menikmati penyertaan-Nya, pergerakan-Nya, pengurapan-Nya, dan penyaluran hayat-Nya di dalam kita. Demikian kita akan bertumbuh di dalam Dia dan dibawa masuk ke dalam pemuliaan-Nya yang melebih segalanya.

Langkah keempat, dalam pemuliaan, Kristus memasuki kemuliaan. Sebagai Pe­mimpin keselamatan kita, Kristus dalam kenaikan‑Nya te­lah memasuki kemuliaan Allah. Tujuan Allah adalah ingin membawa banyak putra memasuki kemuliaan (2:10). Kristus sebagai Perintis (6:20) telah memelopori hal ini. Yesus yang ditolak orang di dunia ini, kemuliaan oleh Allah di surga. Karena itu kita harus memandang‑Nya di dalam kemuliaan.Kristus tidak hanya memasuki kemuliaan, juga telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (2:9). Kita pernah nampak Dia ter­pancang di atas salib dengan mengenakan mahkota duri tetapi sekarang kita melihat Dia telah duduk di atas takhta di surga dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Inilah Yesus yang diwahyukan dalam Surat Ibrani.

Langkah kelima, dalam pengagungan (peninggian) Kristus, setelah Kristus bangkit dan naik ke surga, Ia lalu di­agungkan (ditinggikan) oleh Allah. Ditinjau dari pandangan bumiah, ini adalah kenaikan dari manusia, tetapi dipan­dang dari sudut surgawi, ini adalah pengagungan dari Allah.Dalam pengagungan‑Nya, Allah te­lah memberikan kedaulatan kepada‑Nya untuk mengatur segala ciptaan (2:7 T1). Dalam pengagungan‑Nya, Kristus telah menjadi Kepala yang mengatasi segala‑galanya (2:8). Segala sesuatu telah ditaklukkan Allah di bawah kaki‑Nya. Kini Kristus hanya menunggu satu hal, yaitu Iblis yang licik dan segala seteru­Nya menjadi tumpuan kaki‑Nya.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Pelajaran Hayat Ibrani, Bab 7-8, Witness Lee.


Fitur komentar ditutup.