Artikel

Artikel

Makna Kelahiran Kristus (1)

Posted 20/12/2014 | 12:12

Allah Menjadi Daging, penuh anugerah dan realitas

 

Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:1, 14; 1 Tim. 3:16; Rm. 8:3

 

Orang-orang Kristen sangat memperhatikan perihal inkarnasi. Setiap tahun, pada hari Natal, begitu banyak kaum beriman merayakan inkarnasi Tuhan; tetapi, tidak banyak yang memahami makna yang terkandung di dalam inkarnasi tersebut. Melalui inkarnasi, Kristus sebagai Allah menjadi daging. Yohanes 1:14 memberi tahu kita bahwa Firman, yang adalah Allah sendiri, menjadi daging. (Inkarnasi, Inklusi, dan Intensifikasi; Bab 1, Witness Lee)

Memang sukar sekali menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa Allah menjadi “manusia”. Yang Alkitab katakan adalah: "Firman itu telah menjadi daging…" (Yoh. 1:1, 14, TL). Sebutan “manusia” itu lebih sopan, tetapi “daging” tidak. Dalam 1 Timotius 3:16 Paulus berkata, “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa daging…" (TL). Meskipun daging bukanlah istilah yang agung, namun Alkitab mencantumkan bahwa Allah menampilkan diri di dalam daging. Roma 8:3 mengatakan bahwa Allah mengutus "Anak-Nya sendiri sebagai manusia yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa." (Pelajaran Hayat Matius, Berita 5, Witness Lee)

Ketika Firman mengatakan bahwa Kristus menjadi daging, apakah ini berarti bahwa Ia menjadi berdosa? Sekali-kali tidak. Ia hanya, "serupa dengan daging yang berdosa." Ular tembaga yang ditinggikan oleh Musa dalam Bilangan 21 mengibaratkan Kristus yang dijadikan serupa dengan daging yang berdosa. Sekalipun ular tembaga itu dalam bentuk ular, namun tidak mengandung racun ular. Kristus mengambil “rupa daging” dengan maksud menjadi pengganti. Melalui cara ini, manusia dapat menjamah-Nya, mengambil bagian di dalam-Nya, serta menikmati kesempurnaan Allah yang ada di dalam-Nya. Ketika menjadi daging, Ia sama sekali tidak mempunyai sifat dosa, kecuali bentuk dan rupa daging yang berdosa. Alkitab menegaskan bahwa Ia "tidak mengenal dosa" (2 Kor. 5:21).  Ini berarti Yesus tidak mempunyai dosa dan tak ada sangkut pautnya dengan dosa. Baik pada perbuatan-Nya maupun pada hakiki batiniah-Nya, tak ada dosa sedikitpun. 

Ketika di dalam daging, Dia itu merupakan tabernakel Allah yang diam di antara manusia (1 Yoh. 1:14). Melalui inkarnasi, Firman bukan sekedar membawa Allah kepada manusia, tetapi juga menjadi tabernakel, tempat kediaman Allah di atas bumi di antara manusia. Menurut sejarah dalam Perjanjian Lama, di antara manusia di atas bumi, terdapat sebuah tabernakel di mana Allah hadir (Kel. 40:34). Yesus di dalam daging itulah tabernakel yang sejati. Tabernakel Perjanjian Lama adalah suatu lambang, bayang-bayang dan rancangan gambar daripada tabernakel yang sejati, yang tak lain ialah Kristus itu sendiri di dalam daging. Allah ada di dalam tabernakel, karena tabernakel itu membawa Allah kepada umat Israel. Dalam Perjanjian Baru, adalah Yesus di dalam daging yang membawa Alah kepada manusia sehingga manusia dapat menikmati hadir Allah. Tatkala Ia di dalam daging sebagai tabernakel Allah di antara manusia, Allah telah dinyatakan di dalam Dia (Kol. 2:9). Semua adanya Allah dan yang dimiliki Allah dinyatakan oleh Yesus.  

Yohanes memberitahu kita bahwa Kristus Sang Firman menjadi daging dan berdiam di antara kita, penuhlah anugerah. Pada Kristus ada sesuatu yang oleh Alkitab disebut anugerah. Apakah anugerah itu? Memang sulit untuk memberikan definisi. Boleh dikatakan bahwa anugerah itu ialah Allah di dalam Kristus dengan semua ada-Nya sebagai kepenuhan bagi kenikmatan kita. Ini meliputi perhentian, hiburan, tenaga, kekuatan, terang, hayat, kebenaran, kesucian, dan semua ciri-ciri ilahi. Inilah anugerah yang untuk kita nikmati. Kita hanya bisa menikmati Allah di dalam Kristus sebagai segala sesuatu. Kapan kita ada di hadirat Allah, niscaya kita menikmati kepenuhan dari segala apa adanya Dia. Maka ayat 16 mengatakan: "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah." Ini berarti kepenuhan keallahan, yakni semua adanya Allah, berdiam di dalam Kristus bagi kenikmatan kita.  

Kalau Galatia 2:20 dibandingkan dengan 1 Korintus 15:10, niscaya Kristus akan jelas tertampak sebagai anugerah --- yaitu: "Bukan lagi aku, melainkan Kristus" dan "bukannya aku, melainkan anugerah Allah." Anugerah bukanlah pemberian benda-benda materiil, bukan pula pemberian barang-barang rohani, melainkan pemberian Diri Allah di dalam Kristus sebagai kenikmatan kita. Rasul Paulus mengatakan segala sesuatu yang di luar Kristus sebagai sampah (Flp. 3:8). Selain Kristus, selain Allah, perkara-perkara yang paling baikpun di mata Rasul tak lain adalah sampah. Namun Allah di dalam Kristus itulah anugerah bagi kita, dan anugerah ini melimpah-limpah melalui inkarnasi. Anugerah adalah Allah semata-mata yang kita nikmati di dalam Kristus sebagai satu-satunya kenikmatan kita yang penuh dan sempurna.

Kita menikmati Allah dan mengambil bagian di dalam-Nya, itulah anugerah. Anugerah ialah Allah di dalam pengalaman kita, bukan di dalam doktrin. Sewaktu Anda mengalami Allah sebagai kekuatan, hayat, hiburan, perhentian, tenaga, kebenaran dan kesucian Anda, itulah anugerah. Kristus menyatakan Allah Bapa dengan jalan kenikmatan, hari lepas hari menyuguhkan kita bagian kenikmatan atas Allah. Semakin kita menikmati Allah, semakin kita mengenal Dia. Kita perlu mengecap Allah, menikmati Allah sebagai anugerah kita, karena inilah jalan di mana Kristus menyatakan Allah kepada kita. Kristus datang dengan kepenuhan anugerah Allah. Kita perlu menikmati hadir-Nya dan tetap tinggal bersama Dia. Kemudian kita akan mengambil bagian di dalam apa adanya Allah. Dengan jalan ini Allah ternyata kepada kita, dan kita akan mengenal akan Dia.   

Tatkala kita menikmati Allah, kita bukan hanya beroleh anugerah, melainkan juga realitas. Kapan Allah kita nikmati, kita akan mempunyai kenikmatan, itulah anugerah. Dan kapan kita mempunyai kenikmatan ini, kita akan mengetahui realitas Allah. Hal terakhir yang bertalian dengan inkarnasi Allah adalah realitas. Kebenaran injil Yohanes sesungguhnya berarti realitas. Ini berarti realisasi Allah dan realitas Allah. Dalam Perjanjian Baru Paulus pernah mengatakan bahwa semua perkara adalah sampah (Flp. 3:8), dan Salomo pernah berkata bahwa segala sesuatu sia-sia belaka (Pkh. 1:2), tanpa realitas. Tidak ada satupun perkara yang realitas; semuanya hampa dan sia-sia, sampah belaka, dan segala sesuatu dalam pandangan Raja Salomo adalah kesia-siaan. Hanya Allah yang terhitung sebagai realitas. Mempunyai Allah berarti mempunyai realitas. Semakin kita mengalami Allah, semakin pula kita menikmati anugerah dan memahami realitas.  

Anugerah maupun realitas datangnya bersama dengan Kristus. Yohanes 1:17 mencantumkan: "sebab hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus." Hukum Taurat selalu menuntut kita, tetapi anugerah menyuplaikan apa adanya Allah agar dapat memenuhi tuntutan-tuntutan Allah. Hukum Taurat merupakan suatu kesaksian tentang apa adanya Allah (Kel. 25:21), tetapi realitas itu adalah realisasi akan apa adanya Allah. Karena anugerah maupun realitas datang bersama Yesus, maka ketika Yesus ada bersama kita, kita akan mempunyai anugerah dan realitas. Seringkali kita menikmati Allah di dalam Kristus sebagai anugerah kita, dan seringkali pula kita merealisasikan Allah di dalam Kristus sebagai hayat, terang, kenikmatan, perhentian, kesabaran, kerendahan hati yang sejati dan banyak lagi hal-hal lainnya. Inilah realisasi Allah.  

Sewaktu kita menikmati Allah di dalam Kristus sebagai anugerah serta memahami-Nya di dalam Kristus sebagai realitas, kita akan menemukan betapa tak terduganya kekayaan Kristus. Dari kepenuhan-Nya kita telah menerima anugerah di atas anugerah. Dalam Kristus yang berinkarnasi ada kepenuhan yang berlimpah ruah, karena kepenuhan Allah bermukim di dalam Dia (Kol. 2:9). Melalui inkarnasi Allah di dalam Kristus, kita dapat menerima kekayaan anugerah dan realitas yang berasal dari kepenuhan ilahi-Nya.  

Anugerah dan realitas tiadalah batasnya, selalu meluap. Semakin Anda menikmati keluapan ini, semakinlah Anda akan menyadari betapa tak berbatasnya ini. Anugerah tak pernah akan asat dinikmati oleh Anda. Semakin Anda menikmati semakinlah ada; bahkan akan bertambah menurut kapasitas pengalaman Anda. Jika kapasitas Anda sebesar lautan Pasifik, maka Anda akan mengetahui bahwa keluapan Allah juga seluas itu. Kita memerlukan kapasitas lautan yang tak terbatas. Sekalipun kapasitas kita bertambah sampai setingkat itu, Allah pun akan mengisinya hingga penuh juga. Jadi kenikmatan Allah di dalam Kristus tidaklah terbatas. Berapa banyak kita menikmati keluapan-Nya tergantung pada kapasitas kita. (Pelajaran Hayat Yohanes, berita 3, Witness Lee)