Artikel

Artikel

Manusia Diciptakan atau Evolusi?

Posted 20/11/2012 | 12:11

Alkitab memberi tahu kita bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bahwa Allah adalah asal usul segala sesuatu, bahwa segala sesuatu ada melalui Dia, dan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu, khususnya manusia, demi tujuan-Nya (Kej. 1:26). Sebelum Allah menciptakan alam semesta, tidak ada sesuatu apa pun. Dia memiliki satu tujuan yang kekal, satu kedambaan, satu rencana, untuk memenuhi umat manusia dengan diri-Nya sebagai hayat dan membangun umat manusia menjadi satu manusia korporat yang mengekspresikan Dia dan mewakili-Nya untuk selama-lamanya (Yoh. 10:10; Ef. 3:9-11). Dia selangkah demi selangkah menciptakan langit, bumi, manusia, dan segala sesuatu demi tujuan kekal-Nya.  

Kaum Evolusionis vs. Kaum Penciptaan Bumi Muda

Sebagian pembaca Alkitab percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta kurang lebih enam ribu tahun yang lalu dengan segala makhluk hidup yang kita lihat hari ini. Untuk memudahkan menulisnya, kita akan menyebut orang-orang tersebut “kaum penciptaan bumi muda”. Banyak ilmuwan membantah kepercayaan itu karena banyaknya bukti-bukti fisik yang bertentangan dengan kepercayaan itu, termasuk fosil-fosil dinosaurus dan makhluk hidup lain, kayu yang membatu, dan sebagainya, yang menunjukkan bahwa umur bumi sudah jauh lebih tua.

Kaum penciptaan bumi muda mengatakan bahwa fosil-fosil itu diciptakan enam ribu tahun yang lalu atau merupakan bukti peninggalan air bah zaman Nuh. Namun, banyak ilmuwan menggunakan teknik ilmiah yang dikembangkan berdasarkan teori-teori tertentu, seperti penentuan waktu berdasarkan radiometer, untuk membantah bahwa fosil-fosil itu dan bumi tentu sudah ada beberapa miliar tahun lamanya. Di samping itu, berdasarkan catatan fosil itu, para ilmuwan telah mengembangkan teori evolusi.

Pada dasarnya, mereka percaya adanya suatu proses evolusi dari tidak ada kehidupan menjadi bentuk kehidupan yang sederhana dan lebih rendah, yang kemudian berkembang menjadi bentuk kehidupan yang lebih kompleks dan lebih tinggi. Ada orang yang percaya bahwa hal itu menjelaskan asal usul semua bentuk kehidupan yang kita lihat hari ini, termasuk manusia, yang bertentangan langsung dengan catatan Alkitab tentang penciptaan manusia oleh Allah dari debu tanah. Dalam artikel ini, kita akan menggunakan istilah “kaum evolusionis” yang mengacu kepada ilmuwan yang mengemukakan bahwa manusia adalah perkembangan dari bentuk yang lebih rendah.

Kaum penciptaan bumi mengatakan, menurut Alkitab, Allah menciptakan langit dan bumi enam ribu tahun yang lalu, dengan segala makhluk hidup yang kita lihat hari ini, dan fosil-fosil itu diciptakan pada saat itu juga atau merupakan peninggalan air bah pada zaman Nuh. Kaum evolusionis menyatakan, berdasarkan keyakinan mereka, bumi sudah berumur sekurang-kurangnya beberapa ratus juta tahun.

Teori Kaum Evolusionis Menjadi Kepercayaan Mereka

Kaum evolusionis memiliki banyak teori dan anggapan yang tidak terbukti sebagai fakta. Banyak orang evolusionis menyalahkan kaum penciptaan bumi muda, menganggap mereka dengan membabi buta percaya kepada keyakinan yang berdasar pada penafsiran mereka terhadap Alkitab. Namun, kaum evolusionis sendiri percaya kepada teori-teori mereka yang tidak dapat dibuktikan dengan keyakinan yang buta, sama seperti orang-orang yang mereka tuduh. Bahkan sebagian orang menggunakan fosil-fosil untuk memaksakan teori mereka mengenai evolusi. Namun, ilmu pengetahuan murni ada karena penelitian, teori-teori ada ada karena ada bukti yang aktual. Jika setelah beberapa dekade penelitian, mereka tidak mendapatkan semua bukti yang mereka perlukan untuk membuktikan teori mereka, mereka tidak sepatutnya terlalu mempercayai teori itu dengan membabi buta, juga tidak sepatutnya terlalu berani mengajarkan teori itu kepada orang lain sebagai fakta. Banyak ahli biologi dipengaruhi oleh teori evolusi yang diterima oleh kalangan luas. Jika ada ilmuwan yang ingin menyerang atau mengubah teori-teori tanpa bukti itu, ia akan dianggap melakukan bidat ilmiah.  

Guru-guru dan buku teks seharusnya menekankan bahwa ilmuwan masih mempelajari hal itu dan yang mereka sajikan hanyalah teori. Namun, kaum evolusionis telah mendapatkan persetujuan dari pembuat hukum dan dewan pengajar di sekolah-sekolah, untuk mengajarkan teori dan keyakinan mereka dalam buku-buku teks sebagai ilmu pengetahuan murni. Fakta bahwa evolusi diajarkan di sekolah umum tidak berarti Allah tidak menciptakan langit dan bumi dengan semua makhluk hidup. Pengadilan dan dewan sekolah tidak dapat mengabsahkan fakta sejarah yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.

Urutan Penciptaan Menurut Alkitab

Dalam artikel ini, kita tidak menyampaikan keabsahan atau kesalahan teori evolusi, melainkan menunjukkan pemahaman ketiga, yang tidak diperhatikan oleh kaum evolusionis maupun kaum penciptaan bumi muda.
Kaum penciptaan bumi muda telah salah paham terhadap Alkitab dalam hal ini, karena itu kesulitan mereka dalam meyakinkan orang-orang akan kepercayaan mereka tidak bisa mengoyahkan Alkitab. Alkitab tidak menetapkan satu zaman untuk alam semesta. Menurut Kejadian 1:1, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi; mungkin miliaran tahun yang lalu atau mungkin juga lebih lama dari itu. Alkitab tidak memberikan catatan apa pun tentang bagaimana terjadinya bumi dan makhluk hidup yang pertama atau seperti apa makhluk-makhluk itu. Namun, Alkitab menunjukkan bahwa penghulu malaikat yang paling berkuasa, yang sekarang disebut Iblis, diberi perintah untuk menguasai bumi. Suatu ketika, dia memberontak menentang Allah, dan kemudian dihakimi (Yes. 14:12-15). Pada saat itu bumi tertutup oleh air, dan semua makhluk hidup yang ada di atasnya binasa; kemudian bumi menjadi belum berbentuk dan kosong dan berada dalam kegelapan. Setelah sejangka waktu yang tidak diketahui lamanya, Allah kembali, “menciptakan ulang” dengan mengatakan lebih dulu “jadilah terang”dan kemudian meneruskannya dengan menciptakan semua makhluk hidup di bumi (Kej. 1:1-3). Fosil-fosil yang kita temukan dari ratusan juta tahun yang lalu, berasal dari makhluk hidup yang diciptakan pada mulanya. Makhluk hidup yang kita lihat hari ini muncul setelah Allah “menciptakan ulang” mereka kurang lebih enam ribu tahun yang lalu.
Alkitab dan fakta-fakta ilmu pengetahuan murni tidak saling bertentangan. Kontradiksi atau pertentangan itu hanya terjadi di antara kaum penciptaan bumi muda yang mengkaji dan mempelajari Alkitab secara dangkal dan tidak tepat dengan kaum evolusionis yang memiliki teori tanpa bukti. Fosil-fosil yang kita sebutkan di atas tidak bertentangan dengan Alkitab; nyatanya, mereka malah menunjang Alkitab. Catatan sejarah budaya manusia terutama menjangkau tidak lebih dari enam ribu tahun yang lalu, yang berpadanan dengan apa yang dikatakan Alkitab. Jika ada orang mau mengakui semua teori tidak lebih dari sekadar teori, dan membandingkan fakta-fakta yang ilmiah dengan pengkajian yang lebih dalam terhadap Alkitab, orang itu akan dapat melihat Allah menciptakan segala hal dan bahwa makhluk hidup di bumi hari ini bukanlah evolusi dari makhluk yang sudah ada jutaan tahun yang lalu.  

Allah dan Penghakiman

Mudah sekali orang percaya bahwa segala sesuatu itu mengalami evolusi. Hal ini menyebabkan timbulnya kemungkinan tidak adanya Allah (Mzm. 14:1), tidak adanya perhitungan, dan tidak adanya penghakiman setelah kematian. Dalam hal semacam itu, sebagian orang mungkin menganggap dirinya berhak melakukan apa saja yang mereka pandang benar, bahwa mereka bisa memilih menjadi orang yang tidak bermoral tanpa takut nasib yang tragis. Hal ini menghapus perlunya hidup berdasarkan hati nurani mereka (Kis. 24:16; 1 Tim. 4:2). Namun, seandainya alam semesta diciptakan Allah untuk suatu tujuan, kita semua perlu mengubah pemikiran dan gaya hidup kita sehingga sesuai dengan kehendak, tujuan, cara, dan penghakiman Allah (2 Pet. 3:7; 2 Tes. 2:12). Menyangkal keberadaan Allah adalah bertindak seperti burung unta yang bodoh, yang karena sudah lelah menghindari pengejarnya, lalu membenamkan kepala di pasir, sehingga dia tidak melihat lagi pengejarnya. Sama seperti yang di alami oleh burung unta itu, suatu hari kebinasaan yang datang secara tiba-tiba akan menimpa semua orang yang mencoba menenangkan hati nurani mereka dan mengira mereka hidup dalam damai sejahtera dan keselamatan, sedang mereka menolak bertobat kepada Allah (1 Tes. 5:3).
Keperluan Anda yang paling dasar bukanlah menggambarkan bagaimana Allah menciptakan manusia, melainkan menerima Allah Sang Pencipta ke dalam Anda sebagai hayat, karena inilah justru tujuan-Nya dalam menciptakan alam semesta. Mendapatkan jawaban yang tepat belumlah cukup baik; Anda harus menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda dan hayat Anda (1 Tim. 4:10). Dialah jawaban bagi persoalan di dunia. Untuk menerima-Nya, berdoalah, “Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menciptakan aku. Masuklah ke dalamku dan bersihkanlah diriku dari segala ketidakbenaran. Penuhilah aku dengan hayat-Mu, supaya aku dapat hidup dengan tepat berdasarkan diri-Mu dan menyatakan segala hakiki-Mu, dan dengan demikian menggenapkan maksud-Mu yang semula dalam menciptakan diriku.”

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Traktat no. 6 dalam seri Pertanyaan-pertanyaan yang Paling Sering Diajukan Tentang Allah, "Darimanakah Asal Manusia, Diciptakan atau Hasil Evolusi?"


Fitur komentar ditutup.