Menantikan Transfigurasi Tubuh Kita

Pembacaan Alkitab: Flp. 3:17-21
Jika kita membaca Filipi 3 dengan saksama, kita akan nampak bahwa Paulus mengetengahkan dua kelompok manusia yang menimbulkan pengaruh kuat di daerah Laut Tengah. Kelompok pertama ialah penganut agama Yahudi yang fanatik bagi agama tradisional mereka. Kelompok kedua terdiri atas orang‑orang yang berpegang pada filsafat Epikuros (Kis. 17:18). Mereka mempromosikan kegemaran makan dan minum, serta memuaskan diri dengan hal‑hal lainnya. Semuanya itu berlawanan dengan salib Kristus (ayat 18‑19). Dari ayat 2 kita nampak perusakan yang ditimbulkan oleh para penganut agama Yahudi terhadap kaum beriman Filipi. Itulah sebabnya ketika berbicara mengenai para penganut agama Yahudi, Paulus menanggulangi jiwa, terutama pikiran; tetapi ketika berbicara mengenai golongan Epikuros, ia menanggulangi tubuh.
Setelah menanggulangi jiwa dalam Filipi 3:1‑16, Paulus selanjutnya menanggulangi tubuh dalam 3:17‑21. Kelima ayat ini menanggulangi kenikmatan jasmani, terutama seperti yang dipraktekkan oleh golongan Epikuros. Selaku penuntut‑penuntut Kristus sejati, kita perlu dioperasi untuk melenyapkan pikiran‑pikiran kita yang agamis dan filosofis, kita pun perlu menanggulangi tubuh jasmani kita dengan tepat. Dalam ayat 19 Paulus berkata, "Tuhan mereka ialah perut mereka", tetapi dalam ayat 20‑21 ia berkata bahwa kita menantikan Tuhan Yesus Kristus "yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh‑Nya yang mulia."
Paulus berkata dalam ayat 17, "Saudara‑saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladan bagimu." Teladan di sini ditujukan kepada teladan yang didirikan oleh orang‑orang yang menanggulangi tubuh jasmani dengan tepat. Ayat 18 mengatakan, "Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus." Mereka adalah seteru‑seteru salib Kristus, yakni salib Kristus yang telah mengakhiri pelampiasan nafsu tubuh jasmani (Gal. 5:24).
Seperti telah kita tunjukkan, golongan Epikuros memperhatikan pelampiasan, hawa nafsu dalam kenikmatan makan dan minum. Paulus menyinggung hal ini dalam ayat 19, yang mengatakan, "Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata‑mata tertuju kepada perkara duniawi." Orang‑orang Epikuros adalah orang-orang yang memuja perut mereka dan melayani lambung mereka. Dalam menawarkan kenikmatan makan dan minum, mereka lebih memperhatikan pemuasan dan kenikmatan jasmani daripada etika atau moralitas. Perut mereka menjadi allah mereka. Hari ini tidak sedikit orang yang mengambil jalan golongan Epikuros, yakni melampiaskan hawa nafsu dalam kenikmatan jasmani. Pada akhir pekan banyak yang berekreasi dan bersenang-senang sehingga melupakan hal‑hal lainnya. Tentang golongan Epikuros ini Paulus pun berkata bahwa "pikiran mereka semata‑mata tertuju kepada perkara duniawi." Perkara duniawi yang dimaksud ialah perkara jasmani, perkara materi, perkara makan dan minum.
Menurut Surat Kolose, Paulus tidak setuju dengan pertapaan yaitu praktek mengekang tubuh dengan kejam. Tetapi ia pun tidak setuju dengan praktek golongan Epikuros yang melampiaskan hawa nafsu dengan kenikmatan jasmani. Kita perlu benda‑benda seperti makanan dan pakaian; tanpa itu, kita tidak dapat hidup. Akan tetapi, kita tidak seharusnya melampiaskan keinginan kita dalam hal‑hal itu. Dalam Filipi 4:11 Paulus berkata, "Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. . ." Istilah "mencukupkan" dalam bahasa aslinya merupakan istilah yang khusus dipakai oleh orang‑orang Stoa (Kis. 17:18) yang mengajarkan bahwa seseorang harus mencukupkan diri dalam segala keadaan. Merasa cukup berlawanan dengan praktek orang Epikuros yang disinggung dalam Filipi 3:18-19. Paulus menggunakan ungkapan ini dalam mempersaksikan betapa ia telah belajar rahasia untuk mencukupkan diri.
Dalam ayat 20 Paulus berkata, "Karena kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat." Karena kewargaan kita ada di surga, maka kita tidak seharusnya diduduki oleh hal-hal duniawi atau hal-hal materi bagi eksistensi kita. Kita jangan menilai hal-hal materi terlampau tinggi. Ini tentu tidak berarti bahwa kita tidak boleh memperhatikan makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi kita yang pantas. Kita benar-benar memerlukan hal-hal tersebut, tetapi apa pun yang melampaui kebutuhan, termasuk dalam kategori menuruti hawa nafsu. Pelampiasan hawa nafsu yang sedemikian ini harus dihakimi. Jika kita mencintai hal-hal duniawi yang diperlukan bagi kehidupan manusia, itu berarti kita tidak memustikakan kewargaan surgawi kita. Semoga kita semua ingat bahwa kewargaan kita ada di dalam surga dan kita adalah umat surgawi yang menumpang tinggal di bumi. Jika kita mempunyai makanan, pakaian, rumah, dan kendaraan untuk mempertahankan hidup kita, kita sudah harus merasa puas. Janganlah melampiaskan keinginan diri kita di dalam hal-hal duniawi atau materi yang mana pun.
Kita sedang menantikan seorang Juruselamat, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang "akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya." Transfigurasi tubuh kita adalah perampungan akhir dari keselamatan Allah. Dalam keselamatan-Nya, Allah pertama-tama melahirkan kembali roh kita (Yoh. 3:6), dan sekarang Ia sedang mengubah jiwa kita (Rm. 12:2), dan terakhir, Ia akan mentransfigurasi tubuh kita, membuat kita sama dengan Kristus dalam ketiga bagian diri kita. Dalam ayat 21 Paulus mengatakan bahwa tubuh kita adalah "tubuh yang hina." Ini melukiskan tubuh alamiah kita yang terbuat dari debu yang tidak berharga (Kej. 2:7) dan dirusak oleh dosa, kelemahan, penyakit, dan kematian (Rm. 6:6; 7:24; 8:11). Tetapi pada suatu hari tubuh ini akan ditransfigurasi dan diserupakan dengan tubuh Kristus yang mulia. Tubuh Kristus yang mulia adalah tubuh kebangkitan-Nya yang dijenuhi oleh kemuliaan Allah (Luk. 24:26) dan melampaui perusakan dan kematian (Rm. 6:9).
Tidak peduli bagaimana kita merawat dan mengenakan pakaian pada tubuh kita, atau menumpang mobil jenis apa untuk transportasi kita, ataupun mendiami tempat tinggal yang bagaimana, tubuh kita tetap adalah tubuh yang hina. Anda boleh mengistirahatkan tubuh Anda di atas ranjang yang terindah dan termahal, tubuh Anda tetaplah hina. Akan tetapi, kita tidak boleh membenci atau menyepelekan tubuh kita. Jika kita menyepelekan tubuh kita, kita akan melakukan ajaran pertapaan. Pada hakikatnya, kita harus mengasihi tubuh kita karena Tuhan. Kita harus memperhatikan tubuh, tidak membiarkannya menuruti hawa nafsunya sendiri. Pada suatu hari, Tuhan Yesus akan datang dan akan mentransfigurasi tubuh yang hina ini dan menyerupakannya dengan tubuh‑Nya yang mulia. Dalam ayat 21 Paulus berkata bahwa transfigurasi tubuh yang hina ini adalah "menurut kuasa‑Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri‑Nya." Transfigurasi tubuh kita tergenap dengan kuasa besar Tuhan yang menaklukkan segala sesuatu kepada diri‑Nya (Ef. 1:19‑22). Ini adalah kuasa yang luar biasa dalam alam semesta.
Sementara kita menantikan kembalinya Tuhan, kita wajib memperhatikan kebutuhan jasmaniah kita, tanpa melampiaskan hawa nafsu dalam hal‑hal materi. Pada saat yang sama, kita harus menanggulangi jiwa kita, menganggap rugi semua hal agamis, filosofis, dan budaya, agar jiwa kita dapat ditransfigurasi sepenuhnya. Dari hari ke hari, kita mengalami proses transformasi ini dalam jiwa kita sambil menantikan kembalinya Tuhan untuk mentransfigurasi tubuh kita, dan memasukkan kita ke dalam kesempurnaan terakhir dari keselamatan Allah.