Artikel

Artikel

Pelaksanaan Membaca Alkitab

Posted 07/06/2013 | 12:06

Membaca Alkitab dengan menggunakan dua buah Alkitab dan dua bagian waktu yang berlainan. Pagi membaca sekali dan sore membaca sekali. Atau bangun pagi membaca Alkitab, waktu yang pertama membaca dengan satu cara, dan waktu yang belakangan membaca dengan cara yang lain. Kedua waktu ini harus di­ pisahkan. Waktu pagi hari atau segera setelah bangun pagi membaca Alkitab sambil merenungkan, sambil memuji, sambil berdoa. Membaca Alkitab, merenungkan, memuji, dan berdoa dicampur-baurkan menjadi satu, dengan tujuan untuk mendapatkan makanan hayat rohani, yaitu bagi pembinaan kerohanian diri sendiri. Jangan membaca terlalu banyak, tiga atau empat ayat sudah cukup. Sore hari atau bagian belakang setelah bangun pagi, hendaklah mempergunakan waktu yang agak lama agar dapat membaca lebih banyak, tujuannya ialah belajar untuk mengerti apa yang Allah katakan dalam firman-Nya.

Jika memungkinkan, sediakanlah dua buah Alkitab. Waktu yang pertama memakai sebuah Alkitab yang tidak ada coretan satu huruf pun dan tidak ada gambar sebagai tanda apa pun (selain hari, bulan, tahun yang akan disebut di bawah ini). Waktu yang kedua memakai Alkitab yang lain, boleh ditulis dengan apa yang di­lihat, baik dengan kata-kata, menggambar lingkaran, garis lurus, semuanya boleh. Alkitab yang dipakai untuk maksud pertama, boleh diberi catatan hari, bulan dan tahun; ke­tika Anda membaca suatu bagian, dan Anda "ber­gumul" dengan Allah, sehingga ada pengalaman, saat itu Anda boleh menuliskan hari, bulan, dan tahunnya. Artinya pada hari itu, pada ayat itu, Anda bertemu dengan Allah, namun jangan menulis hal yang lain. ­Alkitab yang Anda pakai belakangan itu dipergunakan untuk mengenal Alkitab, jadi segala fakta rohani yang Anda temukan dan terang yang Anda nampak, semua­nya Anda catat dalam Alkitab ini.

Mengenai merenungkan Alkitab, Muller pernah berkata, "Tuhan pernah berkenan mengajarku satu ke­benaran yang bukan disampaikan oleh seseorang. Walaupun sudah lewat 40 tahun lebih, aku mengakui bahwa aku masih belurn kehilangan faedah dari ke­benaran itu. Waktu itu aku nampak lebih jelas dari sebelumnya bahwa setiap hari aku harus memperhatikan perkara yang terbesar dan yang terutama, yaitu bersukadta di dalam Tuhan. Perkara utama yang harus diperhatikan bukan ter­gantung pada berapa banyak aku melayani Tuhan, atau bagaimana aku memuliakan Tuhan, melainkan bagai­mana di dalamku mendapatkan sukacita, dan manusia batiniahku mendapatkan pemeliharaan. Aku bisa saja menginjil kepada orang yang belum percaya Tuhan, membina kaum saleh, membantu orang yang dalam ke­susahan, dart melakukan banyak pekerjaan untuk me­nyatakan bahwa aku adalah anak Allah. Akan tetapi bila aku tidak bersukacita di dalam Tuhan dan manusia batiniahku tidak mendapatkan pemeliharaan setiap hari, maka semua yang kulakukan tidak berada dalam roh yang tepat."

"Sebelum aku memahami hal ini, paling sedikit ada sepuluh tahun, kebiasaanku ialah berdoa setiap pagi setelah gosok gigi dan mandi. Kali itu aku baru tahu, bahwa pekerjaan terpenting yang harus kulakukan ialah membaca firman Allah dan merenungkannya, sehingga hatiku mendapatkan hiburan, dorongan, peringatan, teguran, dan pengajaran. Saat aku merenungkan firman Allah, hatiku bisa bersekutu dengan Tuhan di dalam pengalaman. Sebab itu setiap pagi aku merenungkan Perjanjian Baru. Ketika dengan beberapa kalimat aku mohon Tuhan memberkati firman-Nya yang mustika itu, yang pertama-tama kulakukan ialah merenungkan fir­man Allah. Dalam setiap ayat Alkitab, aku mencari ber­kat yang terkandung di dalamnya, bukan untuk ber­khotbah di depan orang banyak, atau menceritakan firman yang kurenungkan itu, melainkan agar rohku mendapatkan makanan. Akibat yang kutemukan ialah beberapa menit kemudian, aku harus mengaku dosa atau bersyukur, melakukan doa syafaat dan memohon. Walaupun tujuanku bukan berdoa, melainkan merenung, tetapi pasti dengan cepat, sedikit atau banyak, beralih kepada berdoa. Setelah aku mengaku dosa, berdoa syafaat, memohon, atau ber­syukur, kulanjutkan dengan kalimat kedua atau ayat kedua. Apa yang telah kubaca, jika ada bimbingan lagi, maka kupakai lagi untuk mendoakan diri sendiri atau orang lain. Tetapi aku masih ingat, tujuanku merenung itu tak lain agar rohku dan jiwaku mendapatkan makanan. Hasil dari melakukan hal-hal ini, setiap hari di dalam renunganku berbaur dengan mengaku dosa, bersyukur, memohon, atau melakukan doa syafaat, sehingga ma­nusia batiniahku terasa mendapatkan perawatan dan tenaga. Jarang ada pengecualian, pada waktu sarapan, hatiku kalau bukan gembira, pastilah sentosa. Walaupun renunganku bukan untuk berkhotbah di hadapan orang banyak, melainkan bagi faedah manusia batiniahku, namun apa yang Tuhan berkenan karuniakan kepadaku, tak lama kemudian juga menjadi makanan orang lain."

"Hal pertama yang harus anak-anak Allah lakukan setiap pagi hari ialah mendapatkan makanan bagi ma­nusia batiniahnya. Manusia jasmani kita tidak bisa be­kerja tanpa makan, demikian pula, setiap pagi hari manusia batiniah kita harus diberi makan. Kita harus mengakui bahwa manusia batiniah itu Perlu makan. Apa yang menjadi makanan manusia batiniah itu? Bukan doa, melainkan firman Allah. Ini bukan berarti hanya membaca firman Allah untuk dialirkan melalui pikiran kita sama seperti pipa air; melainkan perlu merenung­an firman itu dan menerapkannya dalam hati kita."

"Kita berdoa adalah berbicara dengan Allah. Jika kita ingin doa kita dapat bertahan lebih lama daripada biasanya, dengan sendirinya memerlukan tenaga yang lebih banyak dan hati yang beribadah. Karena itu, hanya setelah manusia batiniah kita ini demi mere­nungkan firman Allah mendapatkan pemeliharaan, se­hingga kita mendapatkan firman Allah yang dapat me­nasihati, menghibur, mengajar, merendahkan diri kita, dan menegur kita, barulah tiba saatnya yang terbaik untuk berdoa. Kita wajib merenungkannya di dalam berkat Allah, meskipun kerohanian kita masih tetap lemah. Makin kita lemah, makin kita perlu merenung­kan agar manusia batiniah kita menjadi kuat. Kalau kita melakukannya, maka pikiran kita tidak akan berkeliar­an, ini jauh lebih baik daripada kita berdoa tanpa me­renung sebelumnya."

"Aku mau memperhatikan hal ini, sebab diriku sendiri telah mendapatkan pemeliharaan dan faedah rohani yang paling besar. Dengan tulus dan serius, aku mohon kepada Anda yang seiman denganku untuk inempertimbangkan hal ini. Demi berkat Allah dan melalui cara ini, aku mendapatkan tenaga dan bantuan dari Allah, agar aku dengan damai sentosa-Nya dapat mengalami segala macam ujian yang lebih dalam. Sudah 40 tahun lamanya aku mempraktekkan cara ini, karena itu dengan hati yang takut kepada Allah, aku berani memperkenalkan cara ini. Alangkah berbeda antara orang yang pada pagi hari roh jiwanya mendapatkan peme­liharaan dan sukacita, dengan orang yang tanpa persiapan rohani; sedangkan seharian banyak pekerjaan, pencobaan, dan tipu muslihat."

Selain itu, paling sedikit dalam waktu enam bulan, orang yang baru percaya Tuhan perlu memakai waktu membaca seluruh Alkitab secara umum. Kita membaca Alkitab, harus sepasal demi sepasal, Sekali demi sekali, secara terus-menerus membacanya di hadapan Allah. Paling baik menetapkan tiap hari harus membaca Perjanjian Lama berapa pasal, dan Perjanjian Baru berapa pasal. Tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat, harus membacanya secara menyeluruh, senan­tiasa, dan terus-menerus. Dalam seumur hidup saudara Muller, ia pernah membaca Perjanjian Lama dan Per­janjian baru sebanyak seratus kali. Saudara saudari yang baru beroleh selamat, ketika belajar membaca Alkitab, harus ingat sudah berapa kali membacanya. Se­waktu Anda pertama kali selesai membaca seluruh Perjanjian Baru, paling baik memberi tahu saudara yang lebih tua dalam rohani. Dalam Alkitab Anda, juga baik bila dapat menyisihkan halaman per­tama yang masih kosong untuk mencatat berapa kali Anda telah membaca Alkitab. Tanggal, bulan, tahun, dan tempat Anda telah selesai membaca untuk pertama kali; demikian juga untuk pembacaan yang kedua kali­nya, membaca sekali dicatat sekali; Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama harus dibagi dengan jelas. Kiranya Anda juga dapat mengatakan bahwa seumur hidup Anda sudah membaca Alkitab seratus kali. Jika seseorang ingin membaca sebanyak seratus kali dalam seumur hidupnya, dihitung ia menjadi orang Kristen selama 50 tahun, maka paling sedikit dalam satu tahun ia harus membaca dua kali. Karena itu, Anda harus mempergu­nakan waktu yang cukup untuk membaca Alkitab.

Prinsip pembacaan Alkitab ialah sepasal demi sepasal, sekali demi sekali. Saudara saudari yang lebih tua dalam rohani harus memperhatikan keadaan pembacaan Alkitab dari orang-orang yang baru diselamatkan, ka­dang boleh memeriksa tanggal yang ditulis dalam Alkitab mereka, serta menanyakan dalam seharinya membaca berapa pasal, dalam minggu ini sudah mem­baca sampai di mana. Kita semua harus memperhatikan pekerjaan ini, tidak boleh kendor. Orang yang terlalu lambat perlu didesak, "Sudah setengah tahun, mengapa Perjanjian Baru masih belum habis dibaca satu kali?"

Demikian membaca Alkitab seturut prinsip yang disebut di atas, lewat sejangka waktu, pengenalan ter­hadap Alkitab lambat-laun pasti akan bertambah. Jika mungkin, setiap hari menghafalkan satu atau dua ayat Alkitab. Pada permulaan, harus dengan sedikit paksaan, karena memang agak membosankan, lama kelamaan baru. bisa mendapatkan faedahnya.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Membaca Alkitab, Watchman Nee.


Fitur komentar ditutup.