Artikel

Artikel

Prinsip Dasar Membaca Alkitab

Posted 20/05/2013 | 12:05

Ada 4 prinsip dasar dalam membaca Alkitab :

1. menemukan fakta-fakta

2. menghafal dan mengingat

3. menganalisis, menggabungkan, dan membandingkan

4. terang Allah

Sewaktu kita membaca Alkitab, harus menurut keempat urutan ini, tidak bisa dari ketiga meloncat ke yang pertama, pun tidak boleh dari yang pertarna meloncat ke yang ketiga. Pertama, Anda mencari fakta-fakta yang terkandung dalam Alkitab. Kedua, Anda mengingat serta menghafal fakta-fakta itu. Terlebih dahulu Anda melihat dengan jelas bagaimana firman Allah itu, kemudian mengingatnya. Jangan ada yang terlewatkan, jangan ceroboh, kalau tidak demikian tidak ada gunanya. Ketiga, fakta-fakta ini harus dianalisis, digabungkan, dan dibandingkan. Ketika Anda di hadapan Allah dapat menganalisis, menggabungkan, dan membandingkan semua fakta dengan baik, Anda baru memperoleh kesempatan untuk mendapatkan yang keempat, yaitu terang Allah.

Dalam Alkitab terkandung banyak fakta rohani. Ketika mata batiniah manusia buta, ia tidak dapat membaca fakta-fakta itu. Jika dapat menemukan fakta-fakta yang terkandung dalam Alkitab, itu berarti sudah mendapat terang lebih dari separuh. Karena terang Allah selalu menyoroti segala fakta yang terdapat dalam firman-Nya. Menemukan fakta merupakan separuh pekerjaan dalam membaca Alkitab. Kita membaca Alkitab, harus bisa menggali semua fakta itu.

Misalnya, gaya tarik bumi adalah suatu fakta. Sebelum Newton, sudah ada gaya tarik bumi. Akan tetapi ribuan tahun lamanya manusia tidak menemukannya. Sampai pada suatu hari, ketika Newton tidur di bawah sebuah pohon apel, dan sebuah apel jatuh di hadapannya, barulah ia menemukan adanya gaya tarik bumi. Jadi, persoalannya bukan pada ada atau tidaknya fakta itu, melainkan adakah fakta itu ditemukan.

Misalnya, apa yang dikatakan dalam Alkitab, dan apa yang tidak dikatakan dalam Alkitab, ini sangat besar sangkut-pautnya. Ada yang dikatakan, ada yang tidak dikatakan; ada yang demikian mengatakan, ada yang mengatakan dengan cara yang lain. Kata yang sama, ada yang jamak, ada pula yang tinggal. Dalam Alkitab, adakalanya mementingkan nama Tuhan, adakalanya mementingkan nama manusia. Ada yang sangat menjelaskan tentang tahun-tahunnya, namun ada pula yang sama sekali tidak menyinggung tahun-tahunnya, seolah-olah diabaikan. Contoh-contoh yang serupa ini, semuanya merupakan fakta.

Orang yang pandai membaca Alkitab, dia pasti orang yang teliti di hadapan Allah, bukan orang yang ceroboh dari sembarangan. Alkitab tidak dapat diubah walaupun setitik atau senoktah. Firman Allah berkata demikian, maka demikianlah adanya. Begitu Allah berfirman, Anda harus mengetahui di mana. titik beratnva. Banyak orang yang ceroboh, mendengar perkataan orang tidak tepat, membaca firman Allah juga tidak tepat; di mana titik beratnya firman Allah, mereka tidak dapat membacanya; di manakah letak kuncinya, juga tidak bisa me­nemukan. Karena itu, pertama-tama Anda harus belajar mencari fakta-fakta, lalu mengingatnya, kemudian menganalisis, menggabungkan, dan membandingkan, barulah Anda memperoleh terang di hadapan Allah. Dengan demikian, diri sendiri memperoleh suplai, juga dapat menyuplai orang lain; diri sendiri mendapatkan perawatan, juga dapat merawat orang lain.

Tak ada salahnya jika di sini kita mengambil satu perumpamaan yang sederhana. Ketika kita dengan seksama membaca Alkitab, kita akan segera menemukan bahwa di dalam Perjanjian Baru hanya dikatakan "di dalam Tuhan", "di dalam Kristus", "di dalam Kristus Yesus", tidak pernah di katakan, "di dalam Yesus" atau "di dalam Yesus Kristus". Alkitab hanya mengatakan "di dalam Kristus Yesus", tidak mengatakan "di dalam Yesus Kristus", semua itu merupakan fakta. Anda harus menghafal satu per satu, dan serta mengingatnya. Dalam Alkitab, mengapa ada yang dikatakan "di dalam Tuhan", mengapa dikatakan "di dalam Kristus", mengapa pula di tempat lain dikatakan "di dalam Kristus Yesus". Jika Anda benar-benar mengingatnya, Anda baru dapat membandingkannya. Mengapa di tempat ini tidak dikatakan "di dalam Yesus", melainkan "di dalam Kristus"? Mengapa di sini dikatakan "di dalam Kristus Yesus", bukan "di dalam Yesus Kristus"? Mengapa Alkitab tak pemah mengatakan "di dalam Yesus" atau "di dalam Yesus Kristus"? Apa sebabnya? Ketika Anda demikian menganalisis dan membandingkan, Anda dapat menengadah kepada Allah agar menerangi Anda, sehingga Anda bisa melihat apa yang seharusnya Anda lihat.

Begitu Anda nampak terang, Anda akan menjadi sangat jelas. Yesus, ialah nama-Nya di atas bumi; Kristus ialah nama-Nya setelah Ia bangkit dan diurapi oleh Allah. Ingatkah Anda akan perkataan di dalam Kisah Para Rasul 2:36, "Allah telah membuat Dia menjadi Tuhan dan Kristus." Kristus adalah nama kebangkitan-Nya. Sampai kitab Roma, kita baru mendapatkan sebutan Kristus Yesus, artinya Kristus hari ini adalah Yesus yang dulu. Jadi, nama-Nya sekarang ialah Kristus Yesus, yang menunjukkan bahwa Kristus ini ialah Yesus yang dulu; Yesus Kristus adalah nama sebelum Dia bangkit, yaitu nama ketika Yesus di atas bumi, yang kelak akan menjadi Kristus. Sangat beda artinya antara Kristus dulu ialah Yesus dan Yesus kelak menjadi Kristus. Kita hanya bisa di dalam. Kristus, tidak bisa di dalam Yesus. Kita hanya dapat di dalam Tuhan, di dalam. Kristus Yesus, tidak dapat di dalam Yesus Kristus. Ketika Tuhan hidup di atas bumi, kita tak dapat berada di dalam-Nya. Kalau ketika Dia di atas bumi, kita di dalam Dia, di dalam Yesus, berarti kita ikut ambil bagian di dalam salib dan penebusan. Ini tidak sesuai dengan kebenaran. Kita tidak ada bagian dalam kelahiran-Nya di Betlehem, dan statusnya sebagai Anak Tunggal Allah.

Mengapa kita bisa di dalam Kristus? 1 Korintus 1:30 mengatakan, "Tetapi oleh Dia (Allah) kamu berada dalam Kristus Yesus." (Tidak mengatakan "kamu berada dalam Yesus"). Ketika Tuhan Yesus bangkit dari kematian, kita bersatu dengan-Nya dalam kebangkitan-Nya. Karena Dia bangkit dari kematian, Allah menetapkan Dia sebagai Kristus. Demi roh-Nya, Allah menyatukan kita di dalam-Nya. Sejak Dia dibangkitkan, kita baru mulai mendapadcan hayat-Nya. Demi kebangkitan-Nya kita dilahirkan kembali, bukan demi inkarnasi-Nya. Dengan demikian, Anda pasti jelas.

Inilah cara membaca Alkitab; inilah jalan membaca Alkitab. Pertama, menemukan fakta-fakta; lalu, mengingat fakta-fakta itu; kemudian, menganalisis, membandingkan, dan menggabungkan, setelah itu menunggu dan berdoa di hadapan Allah, Tuhan pasti menerangi Anda, agar Anda nampak. Inilah empat prinsip mem­baca Alkitab, satu pun tak boleh kurang. Karena itu prinsip utama membaca Alkitab ialah menemukan fakta-fakta. Bila kita tidak dapat menemu­kan satu fakta pun, berarti kita tidak mendapatkan terang di hadapan Allah. Persoalannya bukan berapa kali kita membacanya, melainkan adakah fakta dalam pembacaan kesekian kali itu. Fakta sedemikian ini banyak sekali terdapat dalam Alkitab. Kaya atau tidaknya seseorang akan firman Allah, tergantung pada berapa banyak fakta yang ia temukan di hadapan Allah. Makin banyak fakta yang ia temukan, makin limpah dia. Bila membaca secara sembarangan dan tidak menemukan fakta, akibatnya, tidak mengetahui apa-apa. Karena itu, begitu kita mulai membaca Alkitab, kita harus belajar menemukan fakta. Kemudian menghafalnya, menganalisis, membandingkan, dan mohon terang di hadapan Allah.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Membaca Alkitab, Watchman Nee.


Fitur komentar ditutup.