Artikel

Artikel

Rencana Allah dan Perhentian Allah (4)

Posted 11/12/2013 | 12:12

Pembacaan Alkitab:

"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28)

"TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15)

Ada dua kata dalam kitab Kejadian yang sangat berarti. Kata yang pertama terdapat dalam Kejadian 1:28, yakni kata “taklukkanlah”. Yang kedua terdapat dalam Kejadian 2:15, “memelihara”, yang dapat juga diterjemahkan “menjaga”. Dari ayat-ayat ini kita nampak bahwa Allah menakdirkan manusia untuk menaklukkan dan menjaga bumi. Maksud Allah semula adalah memberikan bumi kepada manusia sebagai tempat tinggal. Allah tidak bermaksud membuat bumi menjadi kosong (Yes. 45:18). Allah, melalui manusia, tidak ingin membiarkan Iblis menyusup ke bumi, tetapi masalahnya adalah Iblis itu sudah ada di bumi dan bermaksud merusaknya. Karena itu, Allah ingin manusia mendapatkan kembali bumi dari tangan Iblis.

Satu masalah lain yang perlu kita perhatikan ialah: sebenarnya, yang Allah kehendaki agar direbut kembali oleh manusia bukan hanya bumi, tetapi juga langit yang berhubungan dengan bumi. Dalam Alkitab, “langit” dibedakan dengan “surga”. “Langit” adalah tempat takhta Allah berada, tempat Allah melaksanakan kuasa-Nya, sedangkan “surga” dalam Alkitab kadang-kadang mengacu kepada surga yang berhubungan dengan bumi. Surga inilah yang Allah ingin pulihkan (Lihat Why. 12:7-10).

Ada orang mungkin bertanya, “Mengapa bukan Allah sendiri yang melemparkan Iblis ke dalam lubang yang tanpa dasar atau ke dalam lautan api?” Jawabannya adalah: Allah dapat melakukannya, tetapi Allah sendiri tidak melakukannya. Kita tidak tahu mengapa Allah tidak melakukannya, tetapi kita sungguh-sungguh tahu apa yang dikehendaki-Nya. Allah ingin memakai manusia untuk membereskan musuh-Nya, dan Ia menciptakan manusia untuk tujuan ini. Allah ingin makhluk ciptaan membereskan makhluk ciptaan. Manusia yang diciptakan-Nya dipakai oleh-Nya untuk tujuan ini.

Mari kita baca lagi Kejadian 1:26, “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi . . .” Kelihatannya kalimat ini akan berakhir di sini, tetapi ditambahkan sebuah frase lain, “dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi”. Di sini kita nampak bahwa binatang melata menempati posisi yang sangat besar, karena Allah mengatakannya setelah Ia selesai menyebutkan “atas seluruh bumi”. Ingin menguasai seluruh bumi, binatang melata tidak boleh diabaikan. Karena musuh Allah terwujud di dalam binatang melata itu. Ular dalam Kejadian 3 dan kalajengking dalam Lukas 10 adalah binatang melata. Bukan hanya ada ular, yang mewakili Iblis, ada pula kalajengking, yang mewakili roh-roh jahat (setan-setan) yang berdosa dan najis. Daerah kekuasaan ular dan kalajengking adalah bumi ini. Semua masalahnya ada pada bumi.

Karena itu, kita harus membedakan pekerjaan menyelamatkan manusia dengan pekerjaan Allah. Sering kali pekerjaan menyelamatkan manusia itu belum tentu pekerjaan Allah. Menyelamatkan manusia adalah membereskan masalah manusia, tetapi pekerjaan Allah adalah agar manusia berkuasa, memerintah segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Allah membutuhkan penguasa dalam ciptaan-Nya, dan Ia justru memilih manusia untuk menjadi penguasa itu. Jika kita hanya untuk diri kita sendiri sebagai manusia, maka semua penuntutan kita hanyalah mengharapkan diri kita makin mengasihi Tuhan, diri kita bisa menjadi lebih kudus, diri kita bisa lebih bergairah, dan diri kita bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa. Semua penuntutan ini memang baik, tetapi terlalu berpusat pada manusia. Semua ini hanya memperhatikan keuntungan manusia; pekerjaan dan kebutuhan Allah sama sekali terabaikan. Kita harus nampak bahwa Allah mempunyai kebutuhan. Kita ada di bumi ini bukan untuk kepentingan manusia saja, lebih dari itu, untuk kepentingan Allah. Kita bersyukur kepada Allah, karena Ia telah menyerahkan pelayanan pendamaian antara manusia dengan Allah kepada kita. Tetapi sekalipun kita telah menyelamatkan semua jiwa di seluruh buni ini, kita belum menyelesaikan pekerjaan Allah atau memuaskan permintaan Allah. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia telah mengatakan apa yang diinginkan-Nya. Allah menampakkan kepada kita bahwa keinginan-Nya ialah adanya manusia yang berkuasa, memerintah seluruh ciptaan-Nya. Memerintah untuk Allah bukanlah perkara kecil; ini perkara besar. Allah membutuhkan manusia yang dapat diserahi amanat-Nya dan yang tidak akan melalaikannya. Inilah pekerjaan Allah, dan inilah yang ingin didapatkan Allah.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Kudus dan Tak Bercela, Bab 1


Fitur komentar ditutup.