Artikel

Artikel

Sejiwa, Sepikir, dan Satu Kasih bagi Gereja

Posted 20/04/2014 | 12:04

Pembacaan Alkitab: Flp. 2:1-4


Walau gereja di Filipi terbangun dengan urutan yang baik dan mempunyai persekutuan dengan Paulus dalam memajukan Injil, tetapi di antara mereka masih ada perbedaan pendapat. Dengan ini kita tahu bahwa perbedaan pandapat sangatlah sulit dihindari, dapat timbul di mana saja dan kapan saja. Sumber perbedaan pendapat ialah opini kita. Semua opini berasal dari pikiran, yaitu bagian utama jiwa. Dalam Kitab Filipi, Paulus sering menyinggung jiwa, pikiran dan angan-angan. Dalam 1:27 ia menggunakan ungkapan "sejiwa", dan dalam 2:2 ada ungkapan "satu jiwa". Dalam 2:20 ia menggunakan istilah "sepikir". 

Kita yang ada dalam hidup gereja hari ini harus bersatu di dalam jiwa. Orang-orang Kristen sering mengatakan tentang bersatu di dalam Tuhan atau bersatu di dalam Roh, tetapi pernahkah Anda mendengar kaum beriman mengatakan bersatu di dalam jiwa? Kecuali kita mencapai kesatuan dalam jiwa, tidak ada kesatuan yang riil. Kesatuan kita akan ibarat berjabat tangan di atas dinding. Orang-orang Kristen membicarakan soal kesatuan, namun mereka tetap berpegang pada opini-opini mereka yang berbeda. Konsepsi Paulus tentang kesatuan sangat berbeda. Dalam Kitab Filipi ia menjelaskan bahwa kita harus bersatu di dalam jiwa. 

Agar menjadi satu dalam jiwa, perlulah kita diubah dan diperbarui dalam pikiran kita. Roma 12:2 mengatakan tentang diubah oleh pembaruan budi (pikiran). Pikiran Anda mungkin sekali sangat usang, hal ini bahkan mungkin terdapat di kalangan kaum muda. Tetapi jika pikiran Anda telah diperbarui, pikiran Anda akan menjadi baru dan segar, sekalipun Anda mungkin sudah tua. Satu alasan dari keusangan dalam pikiran kita ialah kita mengingat-ingat ketidaknyamanan yang sudah lampau. Beberapa tahun yang lalu mungkin ada satu hal yang terjadi pada diri Anda, tetapi Anda tetap enggan melupakannya. Ini berarti dalam hal khusus itu Anda tidak memberikan pengampunan, sebab pengampunan yang sejati berarti melupakan masalah tersebut. Karena beberapa orang kudus mengingat-ingat berbagai kesalahan yang lampau, maka pikiran mereka menjadi usang. Jika pikiran kita usang, hal itu akan menjadi problem dan menjerumuskan kita ke dalam perbedaan pendapat.

Satu-satunya cacat dalam gereja di Filipi ialah perbedaan pendapat yang diakibatkan oleh opini yang berbeda-beda. Dalam Filipi 4:2 Paulus mengatakan, "Euodia kunasihati dan Sintikbe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan." Kedua saudari yang memimpin ini adalah rekan sekerja Paulus, tetapi mereka tidak sehati sepikir. Perbedaan pikiran mereka mungkin bukan mengenai masalah sekuler, melainkan mengenai pergerakan Allah di bumi. Mereka mempunyai opini yang berlainan dalam jiwa mengenai pergerakan Allah. Karena mereka tetap bersatu di dalam roh, kedua saudari tersebut tidak terpecah belah. Tetapi dalam prakteknya di antara mereka terdapat perbedaan pendapat karena perbedaan konsepsi mereka. Perbedaan pendapat itu adalah satu kekurangan dalam gereja di Filipi yang sangat baik itu. Sebagai akibat perbedaan pendapat di antara mereka itu, maka orang-orang kudus di Filipi menjadi tidak sehati sejiwa dalam memberitakan Injil (1:27). 

Dalam Filipi 2:2 dan 4:2 kita nampak orang-orang kudus di Filipi tidak sehati sepikir, tidak satu kasih, tidak satu jiwa, dan tidak satu tujuan. Situasi demikian mungkin juga terdapat dalam gereja-gereja dalam pemulihan hari ini. Sejumlah orang telah didapatkan oleh Tuhan untuk pemulihan-Nya. Mereka mengetahui tumpuan gereja dan menghormati tumpuan keesaan ini. Akan tetapi mereka tidak sehati sepikir seperti orang-orang kudus lainnya; mereka tidak memiliki satu kasih, dan satu jiwa. Mereka dapat mengatakan dengan sesungguhnya bahwa mereka bersatu dengan semua orang kudus dalam roh, tetapi mereka tidak dapat mengatakan bahwa mereka bersatu di dalam jiwa, yaltu memikirkan hal yang sama, bahkan memikirkan satu hal. 

Dalam hidup gereja hari ini juga ada kemungkinan kita tidak memiliki kasih yang sama terhadap semua orang kudus. Kasih kita mungkin berbeda‑beda tingkatannya. Ki­ta boleh jadi mengasihi seorang saudara melebihi saudara yang lain. Mungkin karena kita, mengasihi seorang saudara hanya sedikit saja, maka kita tidak begitu suka melayani­nya dengan baik. Namun, karena kita sangat mengasihi se­orang saudara lain, kita akan melayaninya secara berlebih­an, bahkan merusaknya dengan kasih kita itu. Dalam hidup gereja mungkin terdapat tingkat kasih yang berbeda­-beda terhadap orang kudus yang berbeda‑beda. Jika situasi kita demikian, maka kasih kita bukanlah kasih dengan sejiwa. Kita dengan sejenis jiwa mengasihi seorang sau­dara, dan dengan jiwa yang berbeda mengasihi saudara yang lain. Akibatnya, kita tidak memiliki kesatuan yang riil, malah timbul perbedaan pendapat.

Apa artinya sehati sepikir dan memikirkan satu hal? Kedua ungkapan ini tercantum dalam Filipi 2:2. Dalam 4:2 Paulus menasihati Euodia dan Sintikhe untuk sehati sepikir. Hal yang sama adalah Kristus itu sendiri, dan satu hal itu ialah mencari Kristus untuk memperoleh Dia, menangkap-Nya, dan memiliki-Nya. Kita tidak boleh menganggap sesuatu yang bukan Kristus sebagai "hal yang sama" yang dikatakan Paulus di sini. Banyak kelompok orang Kristen mempunyai sesuatu yang mereka anggap sebagai "hal yang sama". Tetapi menurut Paulus, "hal yang sama" ini ialah Kristus, dan "satu hal" itu berarti mencari Kristus untuk memiliki-Nya. Konteks Kitab Filipi menerangkan hal ini dengan jelas sekali. 

Memikirkan hal yang sama - Kristus, dan satu hal - mencari Kristus untuk memperoleh Dia, membuat pikiran kita ditanggulangi dan diperbarui. Diperbarui dalam pikiran kita berarti mengalami suatu perubahan metabolis yang di dalamnya semua unsur usang dikeluarkan dan unsur baru disuplaikan. Ada sesuatu dari Kristus yang diinfuskan ke dalam diri kita untuk mengeluarkan unsur usang dan menggantikannya. Proses inilah yang membuat pikiran kita diperbarui. Pada diri kaum muda juga terdapat banyak hal yang usang yang perlu dikeluarkan dan diganti dengan unsur Kristus. 

Dalam Filipi 2:3 dan 4 Paulus menyinggung tentang kepentingan sendiri dan puji‑pujian yang sia‑sia. Ini menunjukkan bahwa orang­ orang Filipi yang berbeda pendapat melakukan berbagai hal berdasarkan kepentingan sendiri atau puji‑pujian yang sia­-sia. Kedua hal itu menyebabkan perbedaan pendapat di antara kaum beriman. Kepentingan sendiri dan kehormatan yang sia‑sia se­ring terjadi bersamaan. Di mana ada kepentingan sendiri, di situ juga ada puji‑pujian yang sia‑sia. Mengapa Anda ti­dak senang bila orang kudus tidak mengaminkan kesaksian Anda? Karena puji‑pujian yang sia‑sia. Mengapa saudara-­saudara tidak senang ketika seorang saudara diangkat menjadi penatua dan mereka tidak? Itu juga karena puji­-pujian yang sia‑sia. Melepaskan diri dari kepentingan sendiri dan puji‑pu­jian yang sia‑sia tidaklah mudah, sebab pada dasarnya kita cenderung bersaing dengan orang lain. Di negara‑negara tertentu anak‑anak sangat dianjuri untuk bersaing. Per­saingan terdapat di mana‑mana dalam masyarakat. Tetapi, dalam hidup gereja kita tidak seharusnya bersaing. Jangan­lah kita saling bersaing, sebaliknya, kita harus mengang­gap orang lain lebih utama daripada diri kita.

Kita perlu membiarkan Kristus menjadi unsur-unsur yang positif di dalam kita yang membuat pikiran kita diperbarui. Sementara banyak orang memakai kepintaran alamiah mereka secara negatif, misalkan menggunakannya untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan atau hal-hal negatif lainnya, maka kita harus terdorong untuk menaruh pikiran kita ke atas Kristus, dan membiarkan pikiran kita diduduki oleh Kristus. Bila Kristus benar-benar telah secara batini menduduki kita maka kasih kita terhadap semua orang kudus akan tidak pandang bulu. Tambahan pula, kita akan menjadi sejiwa, pikiran kita akan diduduki dengan hal mengenal, mengalami, menuntut, dan memperoleh Kristus. Akibatnya, kita tidak lagi melakukan sesuatu secara bersaing atau mencari puji_pujian yang sia_sia, sebaliknya kita akan menganggap orang lain lebih utama daripada kita sendiri dan menghargai kebajikan dan kualitas orang lain. Kondisi sedemikianlah yang dapat membuat gereja terbangun dan kita mendambakan kondisi ini ada di tengah-tengah kita.