Artikel

Artikel

Berkat dalam Pemulihan Tuhan

Posted 01/12/2013 | 12:12

Pembacaan Alkitab:Ef. 1:10-11, 22-23; 3:17; 4:24; 5:27, 29, 32; 6:11-13


Setelah membaca dan membahas seluruh Kitab Efesus, kita akan bersyukur kepada Tuhan karena kita berada dalam pemulihan-Nya. Alangkah berkatnya kita berada dalam pemulihan Tuhan! Dari hari ke hari kita menikmati kepuasan yang di batin ketika kita maju ke depan di bawah berkat‑Nya. Tuhan akan menang, Dia akan memperoleh seluruh kedudukan di batin kita, dan Dia bersama gereja akan mempersiapkan jalan bagi-Nya untuk segera kembali.

Di dalam pemulihan Tuhan, kita menikmati berkat kekepalaan Kristus (Ef. 1:10). Alam semesta berada di bawah topangan Kristus se­bagai Kepala, dan Allah sedang memakai Kristus un­tuk mempersatukan segala sesuatu dalam alam semesta di bawah satu kepala. Proses penyatuan ini dimulai dari gereja, yang adalah Tubuh-Nya. Puji Tuhan, hari ini di dalam gereja, kita boleh mengalami Kristus sebagai Kepala kita. Walaupun pada hari ini kita tidak dapat melihat lukisan lengkapnya, tetapi kita dapat melihat miniaturnya. Kita pun dapat menikmati suatu pen­cicipan dari dipersatukannya segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus ini di dalam gereja. Sebagai Kepala, Dialah yang menopang kita, Dialah yang menyuplai kita, dan Dialah yang menyatukan setiap anggota sehingga menjadi satu Tubuh di bawah satu Kepala.

Berkat lain yang kita nikmati dalam pemulihan-Nya adalah kita boleh nampak bahwa kita telah menjadi warisan Allah, dimeterai, dan diberi jaminan (Ef. 1:11, 13-14, 18). Di satu pihak, kita telah menjadi warisan Allah (ayat 18) bagi kenikmatan Allah; di pihak lain, kita mewarisi Allah sebagai warisan kita (ayat 14) bagi kenikmatan kita. Pada waktu kita beroleh selamat, Allah menaruh Roh Kudus-Nya ke dalam kita sebagai meterai untuk menandai kita, menyatakan bahwa kita adalah milik Allah. Roh Kudus ini merupakan jaminan, cicipan, garansi, persekot atau uang panjer. Karena kita adalah warisan Allah, maka Roh Kudus adalah meterai di atas diri kita. Karena Allah adalah warisan kita, maka Roh Kudus adalah jaminan warisan ini bagi kita.

Allah memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita, bukan hanya sebagai garansi warisan kita, menjamin warisan kita, tetapi juga sebagai pencicipan terhadap warisan yang sepenuhnya yang akan kita warisi dari Allah di jaman yang akan datang. Karena dahulu kita telah hilang dalam dosa, kita harus ditebus, dibeli kembali oleh Allah. Melalui penebusan kita telah menjadi milik yang dibeli Allah. Sebagai orang-orang tebusan Allah, kita, gereja adalah pusaka Allah, yang telah dibeli-Nya dengan darah Kristus yang adi (Kis. 20:28). Dalam ekonomi Allah, Allah menjadi warisan kita, dan kita menjadi pusaka Allah. Sebagai warisan dan pusaka Allah, kita adalah Tubuh Kristus, yang melalui-Nya segala sesuatu dalam alam semesta akan dipersatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus.

Berkat selanjutnya yang kita nikmati dalam gereja adalah penyaluran atau transmisi surgawi Kristus ke dalam Tubuh-Nya (Ef. 1:22-23). Allah telah menaklukkan segala se­suatu di bawah kaki Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga dan "Dia telah diberikan‑Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada." Kata "kepada" yang pendek ini sangat penting, karena menyiratkan se­macam transmisi. Apa saja yang telah dicapai dan diper­oleh Kristus, Sang Kepala, kini telah ditransmisikan kepada Tubuh‑Nya, gereja. Melalui transmisi ini, gereja mengambil bagian atas semua yang dicapai Kristus. Melalui transmisi yang ajaib ini kita menjadi Tubuh Kristus, kepenuhan Dia yang memenuhi semua di dalam, segala sesuatu. Kemudian, sebagai Tubuh‑Nya, kita akan menjadi perantara yang olehnya Allah akan mempersatukan segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus. Faktor yang teramat penting di sini ialah transmisi ilahi, yakni transfusi Kristus ke dalam diri kita.

Jika kita dari hari ke hari, dari saat ke saat, menikmati segala berkat rohani yang ditransmisikan Kristus ke dalam gereja, maka hasilnya adalah Kristus berumah di dalam hati kita (Ef. 3:17). Jadi, transmisi surgawilah yang membawa Kristus ke da­lam hati kita. Sebagaimana darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh jasmani kita, begitu pula Kristus yang telah ditransmisikan ke dalam hati kita secara rohani akan meluas ke dalam setiap bagian manusia batiniah kita. Melalui transmisi dan perluasan Kristus di batin ki­ta, Allah akan mempersatukan segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus melalui gereja.

Kita percaya pada tahun-tahun yang mendatang Allah akan lebih banyak mempersatukan kita di bawah satu kepala sehingga kondisi gereja akan menjadi jauh lebih baik daripada hari ini. Semakin Kristus ditransmisikan ke dalam kita, proses penyatuan di bawah satu kepala ini akan semakin maju. Ini adalah yang sedang Tuhan lakukan di antara kita hari ini. Berumahnya Kristus dalam hati kita memungkinkan kita untuk mengenakan manusia baru (Ef. 4:24), menjadi mempelai perempuan Kristus (Ef. 5:27, 29, 32), dan menjadi pejuang Allah (Ef. 6:11-13). Di satu aspek, gereja adalah manusia baru yang perlu bertumbuh, berfungsi, dan menempuh hidup sehari‑hari dengan wajar. Di aspek lainnya, gereja adalah mempelai perempuan yang harus diperelok guna dipersembahkan kepada Kristus pada saat Ia datang lagi.

Lalu dalam Efesus 6 kita nampak gereja adalah pejuang Allah untuk mengalahkan musuh Allah. Peperangan rohani bukanlah satu masalah individual, tetapi satu masalah Tubuh, yakni satu wujud korporat berperang melawan musuh Allah. Tidak ada prajurit da­lam suatu pasukan modern yang terjun ke medan perang sendirian. Sebaliknya, ia berperang sebagai bagian dari satu pasukan yang terlatih baik dan dengan persenjataan lengkap. Setelah kita dibentuk menjadi satu pasukan secara korporat, kita akan dapat berperang melawan musuh Allah. Siasat perang Allah ialah memakai gereja sebagai pasukan‑Nya untuk berperang melawan musuh. Karena itu, sangat berbahaya jika kita memisahkan diri dari pasukan. Dengan tinggal dalam pasukan barulah kita memiliki perlindungan yang kita butuhkan.

Agar dapat memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, kita perlu berdoa di dalam roh. Ketika kita menerima firman melalui berdoa di dalam roh, dengan spontan kita berkontak dengan Kristus sebagai Roh pem­beri‑hayat dan kita akan dikuatkan oleh Kristus dan ditutupi oleh‑Nya sebagai perlengkapan senjata kita. Lagi pula, kita akan memahami bahwa kita berada di dalam Tubuh dan Kristus dengan segala apa ada‑Nya dan milik‑Nya menjadi bagian kita. Dengan cara inilah kita memakai Dia sebagai perlengkapan senjata yang almuhit.

Kita harus nampak bahwa dalam peperangan rohani kita tidak saja harus menanggulangi musuh‑musuh yang obyektif, tetapi juga menanggulangi lawan‑lawan yang subyektif. Iblis tidak saja adalah musuh yang di luar kita, ia pun adalah lawan yang di dalam kita. Hari ini kita mengha­dapi problem yang lebih besar karena lawan yang di da­lam daripada karena musuh yang di luar. Serangan‑se­rangan musuh dari luar tidak sehebat serangan lawan dari dalam. Untuk menanggulangi lawan di dalam kita perlu mengalami kuasa pembunuh dari firman. Benar, musuh berada di luar kita, tetapi unsur‑unsur musuh berada di batin kita, maka kita perlu kuasa pembunuh dari firman yang diterapkan secara subyektif ke dalam, diri kita. Musuh telah menyuntikkan dirinya sendiri ke dalam diri kita, maka yang kita perlukan ialah penerapan kuasa pembunuh dari firman ke dalam kita untuk me­nanggulangi unsur‑unsur musuh yang ada di batin kita.

Sebagai orang‑orang yang berada dalam pemulihan Tuhan, kita harus riil. Kita tidak boleh hanya memiliki teori‑teori yang menumpuk, tetapi kita perlu satu jalan untuk mempraktekkan teori‑teori itu. Doa‑baca merupa­kan satu cara yang riil untuk membunuh unsur‑unsur negatif di dalam kita. Semakin kita menerima firman Allah melalui segala doa dalam roh, hal‑hal negatif dalam kita akan semakin dimatikan. Karena itu, doa‑baca tidak saja merupakan pesta, juga merupakan satu cara untuk berperang. Ketika kita melakukan doa‑baca, peperangan pun berkecamuk, sebab unsur‑unsur negatif dalam diri kita sedang dibunuh. Pada akhirnya, ego, musuh yang terjahat akan dimatikan. Bila hal‑hal negatif dalam kita telah terbunuh melalui doa‑baca, Tuhan akan menang. Karena Dia menang, kita juga menang.