Artikel

Artikel

Daniel Webster Whittle

Posted 09/05/2013 | 12:05

Daniel Webster Whittle (22 November 1840 – 4 Maret 1901). Daniel W. Whittle lahir di Chicopee Falls, Massachusetts, pada 22 Nopember 1840. Di usia 21 tahun, ia bergabung dengan pasukan Infantri Illinois angkatan ke-72, tergabung dalam satuan kompi B dengan pangkat Letnan Dua selama perang sipil Amerika

Ia menggambarkan pertobatannya sebagai berikut: “Ketika perang sipil pecah, aku meninggalkan rumahku di New England, dan datang ke Virginia sebagai Letnan kompi di resimen Massachusetts. Ibuku terkasih adalah seorang Kristen yang setia, dan berpisah denganku sambil menangis, dan mengiringiku dengan banyak doa. Dia menaruh Perjanjian Baru dalam saku tas yang telah dia atur bagiku. Kami menghadapi banyak peperangan, dan aku melihat banyak kesedihan dan di salah satu peperangan aku terpukul dan malam itu lenganku diamputasi di atas siku. Begitu aku mulai membaik, aku ingin membaca sesuatu, aku meraba tasku, dan menemukan Alkitab yang diletakkan ibuku di dalamnya. Aku membaca seluruh kitab—Matius, Markus, Lukas sampai Wahyu. Setiap bagian menarik bagiku; dan aku terkejut bahwa aku dapat memahaminya dengan cara yang tidak pernah aku miliki sebelumnya. Ketika aku menyelesaikan Wahyu, aku mulai membaca Matius dan membaca seluruhnya lagi. Selama berhari-hari aku terus membaca dengan minat yang berlanjut; dan masih tidak memiliki pemikiran untuk menjadi orang Kristen, aku melihat dengan jelas dari apa yang kubaca tentang jalan keselamatan melalui Kristus. Ketika dalam pikiran sedemikian, tetapi masih tidak ada tujuan atau rencana untuk bertobat dan menerima Penyelamat, aku dibangunkan di tengah malam oleh seorang perawat, yang berkata: “Ada seorang anak laki-laki di ujung bangsal, salah satu temanmu, sedang sekarat. Dia telah memohon kepadaku beberapa jam yang lalu untuk berdoa baginya, atau mencari orang yang berdoa baginya, dan aku tidak dapat tahan lagi. Aku adalah orang yang jahat, dan tidak dapat berdoa, dan aku datang untuk memintamu.‘Mengapa,’ jawabku, ‘Aku tidak dapat berdoa. Aku tidak pernah berdoa seumur hidupku. Aku juga sama jahatnya dengan dirimu.’ ‘Tidak dapat berdoa!’ kata perawat itu, ’mengapa, aku yakin dari melihatmu membaca Alkitab itu bahwa engkau adalah orang yang berdoa. Dan engkaulah satu-satunya orang di bangsal ini yang tidak pernah kudengar pernah mengutuk. Apa yang harus kulakukan? Tidak ada orang lain di mana aku bisa pergi kepadanya. Aku tidak dapat kembali ke sana sendirian. Maukah engkau bangun dan melihat dia sekejap?’ Tergerak oleh permohonannya, aku bangkit dari ranjangku dan pergi dengannya ke sudut yang ujung dari ruangan itu. Seorang anak laki-laki berambut merah berusia tujuh belas atau delapan belas terbaring sekarat. Ada pandangan kesakitan yang kuat di wajahnya, begitu ia menatapku dan berkata: ‘Oh, berdoalah untukku! Berdoalah untukku! Aku sekarat. Aku adalah anak  yang baik di rumahku di Maine. Ibu dan ayahku adalah anggota gereja dan aku pergi ke sekolah Minggu dan berusaha menjadi anak yang baik. Tetapi sejak aku menjadi tentara, aku belajar menjadi jahat. Aku mabuk, menyumpah,  berjudi dan pergi dengan orang-orang jahat. Sekarang aku sekarat, dan aku tidak siap untuk mati! Oh, mintalah Allah untuk mengampuniku! Berdoalah untukku. Mintalah Kristus untuk menyelamatkanku!’ Saat aku berdiri di sana dan mendengar semua permohonan ini, Allah berkata kepada jiwaku oleh Roh-Nya, sejelas seperti Ia berbicara dengan nada yang keras. ‘Engkau tahu jalan keselamatan. Berlutut dan terimalah Kristus, dan berdoa untuk anak ini.’Aku berlutut dan memegang tangan anak itu, dan dengan ucapan yang terputus-putus aku mengakui dosaku dan meminta Allah melalui Kristus mengampuniku. Aku percaya saat itu Dia benar-benar mengampuniku, dan bahwa aku adalah anak Kristus. Lalu aku sungguh-sungguh berdoa untuk anak itu. Dia menjadi tenang dan menekan tanganku ketika aku bermohon. Ketika aku bangkit, dia meninggal. Pandangan damai ada di wajahnya, dan aku percaya bahwa Allah memakai dia untuk membawaku kepada Penyelamatku, memakaiku agar ia memandang Kristus dan percaya kepada darah adi-Nya. Bertahun-tahun telah berlalu sejak malam itu di Rumah Sakit Richmond, dan aku tetap percaya dan mengakui Tuhan Yesus Kristus, dan melalui anugerah Allah ingin terus demikian sampai Dia memanggilku pulang.”

Tidak butuh waktu lama, ia pun kemudian menduduki pangkat Mayor sebagai staff Jendral O. O. Howard. Suatu ketika, saat ia mendampingi Jendral Sherman dalam perjalanan lautnya, ia terluka akibat pertempuran di Vicksburg. Kondisi itu mengharuskan ia pulang meninggalkan medan perang. Di akhir perang sipil ia naik pangkat sebagai Mayor. Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, ia berjumpa dengan penginjil ternama, D. L. Moody. Perjumpaannya dengan Moody itulah yang kemudian mengubah haluan hidupnya. Setelah sejangka waktu bekerja di sebuah perusahaan arloji Elgin, di mana ia menjadi kepala bagian keuangannya, ia kemudian merasa diyakinkan oleh Moody untuk melayani sepenuh waktu demi pekerjaan Injil. Selanjutnya, seperti kita ketahui, Whittle dikenal sebagai salah satu pemimpin di antara para penginjil di zamannya. Ia membantu A. B. Simpson untuk menyadari besarnya kesombongan dan ego dalam dirinya, dan betapa kecil kekuatan Kristus di dalamnya.

Whittle kerap kali melayani bersama dengan rekan-rekan penyanyi kidung-kidung Injil; di antaranya Philip P. Bliss dan James McGranahan. Suatu kali Moody berkata, “Saya pikir Mayor Whittle telah menuliskan beberapa dari kidung-kidung terbaik abad ini.” Mayor Daniel W. Whittle telah menyelesaikan perjalanan pengembaraannya yang penuh warna dan penuh buah dan pergi bersama Tuhan yang ia cintai dan layani dengan begitu setia pada tanggal 4 Maret 1901 di Northfield, Massachusetts. Salah satu kidung warisannya bagi kita adalah sebuah kidung indah yang berjudul “Christ Liveth in Me” (Suplemen # 120 Dia di dalamku); Mengapa Kurnia yang ajaib? (Kidung # 259).

 


Fitur komentar ditutup.