Artikel

Artikel

Ditemukan di dalam Kristus dalam Kebenaran Allah

Posted 13/10/2014 | 12:10

Pembacaan Alkitab: Flp. 3:7‑9; Gal. 2:19‑20


Memiliki wahyu mengenai Kristus tidak berarti kita su­dah mendapatkan Kristus. Setelah melihat wahyu, Paulus perlu menuntut demi mendapatkan Kristus. Demikian pula, mungkin kita telah memiliki kemustikaan pengenalan akan Kristus, namun Kristus belum menjadi milik kita dalam pengalaman. Karena itu, seperti halnya Paulus, kita perlu menuntut Kristus agar kita mendapatkan Dia.

Paulus mendapatkan kemustikaan pengenalan akan Kristus melalui wahyu. Ketika Ia berada dalam agama Ya­hudi, ia berada di bawah hukum Taurat. Penglihatan dan pikirannya diduduki oleh hukum Taurat. Paulus dengan te­kun menuntut pengenalan akan hukum Taurat. Baginya pengenalan akan hukum Taurat sangatlah mustika, sehingga ia rela berkorban untuknya. Namun pada suatu ha­ri, dalam perjalanan menuju Damsyik, Tuhan mencelikkan matanya sehingga ia melihat ekonomi Allah mengenal Kristus. Sejak saat itu, Paulus berpaling dari pengenalan akan hukum Taurat kepada pengenalan yang mustika akan Kristus

Karena kemustikaan pengenalan ini, maka Paulus rela menderita rugi atas segala sesuatu dan menganggap semua­nya sampah. Dengan perkataan lain, setelah ia melihat wahyu tentang Kristus, segala yang lainnya menjadi sam­pah, barang rongsokan, atau kotoran. Mengapa Paulus menganggap segalanya rugi? Tidak lain karena kemusti­kaan pengenalan atas Kristus yang alwasi dan almuhit. Se­lain itu, ia rela menganggap segala perkara rugi demi men­dapatkan Kristus.

Dalam Filipi 3:8 Paulus menyinggung tentang men­dapatkan Kristus, dan dalam ayat 9 ia mengatakan tentang ditemukan di dalam Dia. Ini merupakan dua aspek dari satu perkara. Paulus damba untuk mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia. Memiliki kemustikaan penge­nalan atas Kristus adalah satu perkara, tetapi mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia adalah perkara lain. Walaupun boleh jadi kita telah melihat wahyu tentang kealwasian dan kealmuhitan Kristus, tetapi kita masih ditemukan dalam etika, budaya atau kelakuan baik, bukan di dalam Kristus. Jika seseorang mengunjungi Anda di ru­mah Anda, apakah Anda ditemukannya di dalam Kristus? Mungkin Anda bisa menyatakan, "Haleluya, aku ada di da­lam Kristus! Aku telah dipindahkan dari Adam ke dalam Kristus." Tetapi, itu mungkin hanya satu pernyataan semata, bukan satu fakta dari pengalaman yang sebenarnya.

Dalam Filipi 2:14 Paulus berkata, "Lakukanlah segala se­suatu tanpa bersungut‑sungut dan berbantah‑bantahan." Dalam kehidupan rumah tangga kita, kita mungkin jarang ditemukan di dalam Kristus, malah mungkin di­temukan di dalam sungut‑sungut dan perbantahan. Sebagai contoh, seorang istri mungkin bersungut‑sungut terhadap suaminya, dan suaminya mungkin menanggapi dengan perbantahan. Dalam peristiwa ini, baik istri maupun suami sama‑sama tidak ditemukan di dalam Kristus.

Kita telah banyak membicarakan tentang Kristus berla­wanan dengan agama, budaya dan filsafat. Namun, keba­nyakan kita ditemukan di dalam, kebudayaan kita, dalam agama buatan kita, dan dalam filsafat ciptaan kita sendiri. Mungkin kita menetapkan satu kaidah bagi diri kita sen­diri dalam kehidupan pernikahan atau hidup gereja. Kare­na itu, orang lain tidak menemukan kita di dalam Kristus, melainkan dalam diri kita sendiri untuk kehidupan pernikahan maupun hidup gereja. Kaidah tersebut merupakan sumber banyaknya sungut-sungut, perbantahan, dan kritik. Kita mungkin juga menggunakan kaidah tersebut sebagai patokan untuk mengukur orang lain. Oh, penting sekali setelah kita memiliki kemustikaan pengenalan akan Kristus, kita juga mendapatkan Dia dan ditemukan di dalam Dia!

Untuk dapat ditemu­kan di dalam Kristus ada suatu syarat atau permintaan. Syarat ini ialah kita tidak memiliki kebenaran kita sendiri yang berasal dari hukum Taurat, melainkan kebenaran yang berasal dari Allah berdasarkan iman. Adakalanya kita seolah‑olah ditemukan di dalam Kristus, namun pada saat itu tidak ada realitas kecuali kita memenuhi syarat me­miliki kebenaran Allah melalui iman Kristus. Frase "dalam kebenaran Allah" dalam Filipi 3:9 adalah syarat ditemukannya kita di dalam Kristus dalam realitas. Jadi, aspek yang terpenting dari syarat ini ialah kebenaran Allah.

Dalam Filipi 3:9, kebenaran mengacu kepada kehidupan sehari‑hari yang benar terhadap Allah maupun manusia. Ketika Paulus mengisahkan masa lampaunya da­lam 3:6, ia berkata bahwa "tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat", ia tidak bercacat. Sebelum ia dipin­dahkan ke dalam Kristus, ia adalah seorang Farisi yang tidak bercacat dalam hukum Taurat. Paulus mengira diri­nya benar dalam kehidupan setiap hari, baik terhadap Allah maupun manusia. Sebenarnya, dia sama sekali tidak benar di hadapan Allah. Kebenaran yang menunjukkan suatu kehidupan yang sungguh‑sungguh benar terhadap Allah dan manusia adalah kebenaran yang berasal dari Allah.

Ung­kapan "kebenaran Allah" tidak hanya berarti kebenaran yang dimiliki Allah sendiri; tetapi juga berarti kebenaran ini adalah Allah sendiri. Karena itu, kehidupan yang benar terha­dap Allah dan manusia seharusnya adalah Allah sebagai ekspresi dalam kehidupan sehari‑hari kita, dan Allah sen­diri diperhidupkan melalui kita. Ketika kita mengasihi orang lain, kasih kita adalah ekspresi Allah. Selain itu, kerendahan hati kita bukan kerendahan hati yang etis semata, tetapi juga kerendahan hati yang ilahi, yakni Allah sendiri yang diperhidup­kan dari diri kita. Jika kita ingin ditemukan di dalam Kristus, wajiblah kita berada dalam kondisi di mana Allah terekspresi melalui kita dan menjadi kehidupan sehari‑hari kita.

Bagaimana kebenaran Allah dapat menjadi kehidupan sehari‑hari kita? Hal ini hanya dapat terjadi melalui iman Kristus. Sebagaimana kebenaran Allah adalah Allah itu sendiri, maka iman Kristus adalah Kristus itu sendiri. Iman Kristus bukanlah sesuatu milik Kristus, melainkan Kristus itu sendiri. Hanya melalui mendengarkan firman­lah baru iman Kristus dapat menjadi iman kita. Melalui fir­man, unsur Kristus masuk ke dalam kita. Dalam waktu yang sama, kita mengalami fungsi Roh itu. Hasil infusi dan fungsi ini ialah iman yang mendatangkan kesatuan organik antara kita dengan Allah Tritunggal. Iman yang benar- benar adalah Kristus sendiri ini membuat kita ber­satu dengan Allah secara organik. Dalam kesatuan yang or­ganik ini kita dan Allah adalah satu roh. Kita hidup, Allah juga hidup di dalam kita. Allah hidup, kita juga hidup di dalam Dia.

Melalui kesatuan yang organik yang menggabungkan kita dengan Allah Tritunggal dan menjadikan kita satu roh dengan Dia ini, kita memiliki kebenaran Allah. Kebenaran Allah ini mutlak bukan berasal dari hukum Taurat, me­lainkan dari iman. Dalam kesatuan organik yang dihasil­kan oleh iman ini kita dapat memperhidupkan Allah, Allah juga tertampil dari batin kita, menjadi kebenaran kita. Ketika kita berada dalam kebenaran ini, kita berada dalam kondisi yang tepat untuk ditemukan di dalam Kristus. Pemikiran yang terdapat di sini sangatlah dalam. Namun, bila kita nampak hal ini, kita akan mengalami aspek ke­selamatan Allah yang tertinggi, dan akan diselamatkan dari semua perkara lainnya. Semoga kita semua damba untuk mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia dalam kondisi sedemikian ini.