Artikel

Artikel

Karya-Nya Mencakup Kita

Posted 08/10/2014 | 12:10

Ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia mengu­curkan darahNya. Dengan demikian Ia memberikan hayat tanpa dosaNya untuk menebus dosa-dosa kita dan memuaskan keadilan dan kekudusan Allah. Melakukan hal itu adalah hak istimewa yang hanya dimiliki oleh Anak Allah sendiri. Tidak ada manusia yang dapat berbagian di dalam hal tersebut. Alkitab tidak pernah mem­beritahu kita bahwa kita mengucurkan darah kita bersa­ma dengan Kristus. Dalam pekerjaan penebusanNya di hadapan Allah Ia bertindak sendirian; tidak ada seorang pun yang mengambil bagian di dalamnya. Namun Tuhan tidak mati untuk mengucurkan darahNya saja; Ia mati agar kita juga mati. Ia mati sebagai Wakil kita. Dalam kematianNya Dia mencakup Anda dan saya.

Kita sering memakai istilah "mati menggantikan" dan "mati bersama" untuk menggambarkan kedua aspek kematian Kristus. Istilah "mati bersama" ini memang ba­ik, tetapi ini bisa menimbulkan kesalahpahaman dengan mengira bahwa fakta mati bersama itu dimulai dari pi­hak kita; akulah yang mau mati bersamaNya. Istilah ini memang benar, tetapi akan kita pakai belakangan. Lebih baik kita memulainya dengan fakta bahwa Tuhan mencakupkan diri kita dalam kematianNya. Kematian Tuhan yang almuhit (meliputi segalanya) yang menaruh diriku di dalam kedudukan mati bersamaNya. Bukan aku yang menaruh diriku agar mati bersamaNya, sehingga aku ter­cakup dalam kematianNya. Allahlah yang mencakupkan diriku di dalam Kristus. Hal ini telah Allah rampungkan. Sebab itu, istilah "di dalam Kristus" dalam Perjanjian Baru selalu terasa berharga bagiku.

Kematian Tuhan Yesus adalah kematian yang Al­muhit. Kebangkitan Tuhan Yesus pun demikian. Dalam 1 Korintus, kita telah melihat bahwa kita ada "di dalam Kristus Yesus". Dalam, akhir surat yang sama, kita meli­hat makna yang lebih limpah, dari ungkapan itu. Dalam I Korintus 15:45,47 Tuhan Yesus disebut dengan dua nama atau gelar. Di sana Tuhan disebut sebagai "Adam yang akhir" dan juga disebut sebagai "Manusia kedua". Alkitab tidak menyebutNya "Adam kedua", tetapi "Adam yang akhir". Ia pun tidak disebut sebagai "Manusia tera­khir", tetapi "Manusia kedua". Kita harus tahu perbedaan kedua istilah itu, karena di dalamnya terkandung kebe­naran yang besar nilainya.

Sebagai "Adam yang akhir", Kristus merupakan rangkuman seluruh umat manusia; sebagai "Manusia kedua", Ia adalah Kepala suatu umat manusia yang baru. Maka di sini kita memiliki dua kesatuan; yang satu ber­kaitan dengan kematianNya dan yang lain berkaitan de­ngan kebangkitanNya. Dalam kesatuan yang pertama, Dia sebagai "Adam yang akhir" memulai sejarahNya di Betlehem dan berakhir pada salib dan dikubur. Ia telah merangkumkan ke dalam diriNya semua yang ada di da­lam Adam, dan membawanya ke dalam penghakiman dan kematian. Dalam, kesatuan yang kedua, Dia sebagai "Ma­nusia kedua" berawal dari kebangkitan dan berakhir da­lam kekekalan, artinya tidak pernah berakhir. Kemati­anNya telah menyingkirkan manusia pertama, yang di dalamnya tujuan Allah tidak tercapai. Dia bangkit dari kematian dan menjadi Kepala suatu umat manusia yang baru, yang di dalamNya tujuan Allah sepenuhnya dapat terwujud.

Sebab itu, ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, Dia disalib sebagai Adam, yang akhir. Semua yang ada dalam Adam yang pertama dikumpulkan dan dia­khiri di dalam Dia; kita pun tercakup di dalamNya. Sebagai Adam yang akhir, Dia telah menyingkirkan umat manusia yang lama; sebagai Manusia kedua, Dia menda­tangkan satu umat manusia yang baru. Dalam kebangkit­anNya Ia menjadi Manusia kedua, dan kita pun tercakup di dalamNya. "Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan­Nya" (Roma 6:5). Kita mati di dalam Adam, yang akhir; kita hidup di dalam Manusia kedua. Jadi, salib adalah tindakan kuasa Allah yang memindahkan kita dari Adam ke dalam Kristus.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, "Kehidupan Orang Kristen Yang Normal", Watchman Nee.


Fitur komentar ditutup.