Artikel

Artikel

Mengalami Keselamatan yang Konstan

Posted 13/09/2014 | 12:09

Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19; 2:12-16; Kis. 16:23-26


Menurut Kitab Filipi, ada satu keselamatan yang kons­tan dalam kehidupan kita yang riil. Mengatakan kesela­matan ini konstan berarti keselamatan ini dapat kita alami tiap hari, tiap jam, dan tiap saat. Dalam Filipi 1 dan 2 Paulus dua kali menggunakan kata "keselamatan". Dalam 1:19 Ia berkata, "Karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamat­anku." Dalam 2:12 ia berkata kepada kaum saleh di Filipi, "Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan ta­kut dan gentar" Keselamatan dalam 1:19 menunjukkan keselamatan yang Paulus alami selama ia berada dalam pen­jara di Roma. Keselamatan konstan dalam 1:19 adalah un­tuk orang khusus dalam situasi khusus, sedangkan kese­lamatan konstan dalam 2:12 adalah untuk semua orang beriman dalam situasi umum atau biasa.

Ketika Paulus berkata bahwa ia berharap, agar situasi­nya beralih menjadi keselamatannya, yang ia perhatikan bukanlah kebebasan dari pemenjaraannya. Keselamatan dalam ayat 19 berkaitan dengan perkataan Paulus dalam ayat 20, yakni tentang tidak beroleh malu dalam segala hal, dan tentang diperbesarnya Kristus dalam dirinya, baik oleh hi­dup maupun oleh matinya. Jadi, dalam ayat 20 kita beroleh definisi keselamatan yang tercantum dalam ayat 19. Karena itu, keselamatan di sini terdiri atas perihal tidak beroleh malu dalam segala hal, dan memperbesar Kristus dalam segala sesuatu. Keselamatan di sini sesungguhnya bukan berarti dibe­baskan dari penjara. Sebaliknya berarti: tidak peduli betapa sulitnya situasi Paulus dan betapa berat penghinaan yang ia derita, dalam segala perkara ia tidak beroleh malu, ma­lahan Kristus diperbesar dalam dirinya. Bahkan waktu ia diborgol bersama‑sama dengan penjaga penjara pun ia tidak terhalang untuk memperbesar Kristus. Inilah yang kita se­but keselamatan yang konstan.

Ketika Paulus berada di dalam penjara di Filipi, ia dan Silas menyanyikan puji‑pujian kepada Tuhan (Kis. 16:23-­26). Kaum beriman di Filipi pasti mengetahui pengalaman Paulus dalam penjara. Mereka tahu bahwa puji‑pujian Paulus dan Silas telah menyebabkan gempa. Tidak usah diragu­kan, ketika Paulus berada di dalam penjara di Roma, ia juga melatih dirinya untuk menyanyikan puji‑pujian kepa­da Tuhan. Orang lain sama sekali tidak melihat Paulus menggerutu atau menangis, melainkan melihatnya bersu­kacita di dalam. Tuhan, bernyanyi, memuji Tuhan, dan ber­saksi bagi‑Nya. Inilah yang disebut keselamatan yang konstan.

Banyak di antara kita yang telah menjadi orang Kris­ten bertahun‑tahun lamanya, tetapi kita tidak pernah men­dengar tentang keselamatan yang konstan. Sudah tentu kita telah mengetahui keselamatan yang kekal. Dalam keselamatan-Nya yang kekal ini Allah telah menolong kita dari neraka dan hukuman keadil­an‑Nya. Tetapi dari hari ke hari kita perlu maju ke depan untuk mengalami satu keselamatan yang konstan dalam kehidupan kita yang riil. Ketika Paulus di dalam penjara, ia tidak hanya menikmati keselamatan yang kekal yang mendatangkan harapan baginya, dari jam ke jam ia juga menikmati keselamatan yang konstan. Menikmati kesela­matan ini adalah memperhidupkan Kristus. Memperhidup­kan Kristus pada hakikatnya adalah menikmati keselamat­an yang konstan dalam kehidupan kita sehari‑hari. Tiap aspek dalam keselamatan Allah, selalu mengeluarkan kita dari hal‑hal negatif, dan memasukkan kita ke dalam hal‑hal yang positif. Di aspek negatifnya Paulus telah diselamatkan dari aib, dan di aspek positifnya Kristus telah di­perbesar dalam dirinya. Alangkah ajaibnya keselamatan ini!

Semua orang beriman perlu diselamatkan dari hal­-hal umum dalam kehidupan sehari‑hari. Dari Filipi 2:14-15 kita tahu bahwa hal‑hal umum tersebut meliputi sungut‑sungut, perbantahan, aib, cela, noda, jahat (bengkok), sesat, dan gelap. Semuanya itu me­rupakan ciri‑ciri umum dari kondisi manusia yang jatuh yang kita jumpai di mana‑mana. Tidak peduli di mana saja kita berada, di situ pasti ada sungut‑sungut, perbantahan, aib, cela, noda, bengkok, sesat, dan gelap. Semua itu tidak saja terdapat dalam masyarakat pada umumnya, tetapi juga dalam kehidupan keluarga kaum beriman.

Para istri terbiasa bersungut‑sungut, dan para suami terbiasa berbantah‑ban­tahan. Seorang istri mungkin menggerutu karena sesuatu, dan suaminya mungkin membela dirinya sendiri. Karena­nya, baik istri maupun suami, kedua‑duanya beraib dan bercela. Sering kali, pasangan suami istri saling memperla­kukan pihak lain dengan bengkok dan sesat. Siapakah yang dapat mengatakan dirinya tidak pernah bengkok dalam berinteraksi dengan orang lain? Anak‑anak mungkin memperlakukan orang tua mereka dengan bengkok. Walaupun kita telah menerima keselamatan Allah yang kekal, tetapi kita sedikit banyak masih tetap bengkok, dalam hal­-hal tertentu belum sepenuhnya jujur dan lurus. Karenanya kita perlu satu keselamatan yang konstan.

Keselamatan yang konstan tidak saja menyelamatkan kita dari hal-hal negatif di atas, terlebih memberikan satu hal positif, yakni memampukan kita untuk menyatakan firman hayat. Istilah "menyatakan" dalam bahasa aslinya berarti menerapkan, menyajikan, atau melayankan. Jadi menyatakan firman hayat berarti menyajikan atau melayankan kepada orang lain, dan menerapkan­nya kepada orang dalam situasi mereka. Kita harus me­nyatakan firman hayat ini di mana pun kita berada; kita harus menyajikan firman hayat ini kepada orang lain. Apa yang kita sajikan kepada orang‑orang di sekitar kita tidak seharusnya perkataan‑perkataan sungut‑sungut atau per­bantahan, atau perkataan‑perkataan yang bersangkutan de­ngan kebengkokan dan kesesatan, melainkan firman hayat.

Kiranya kita sekalian terkesan sedalam‑dalamnya atas perlunya kita menikmati keselamatan yang konstan ini dalam kehidupan riil kita sehari‑hari. Kita perlu satu keselamatan yang dapat kita sebut keselamatan kita sen­diri. Keselamatan ini bukan menyelamatkan kita dari ne­raka, melainkan dari sungut­-sungut, perbantahan, aib, cela, noda, bengkok, sesat, dan gelap. Bila kita mengalami keselamatan ini, kita akan spontan menyatakan, menyajikan, dan menerapkan firman hayat kepada orang‑orang di sekitar kita. Inilah artinya memperhidupkan Kristus.

Dari hari ke hari kita perlu keselamatan konstan untuk menyelamatkan kita dari segala hal yang bukan Kristus. Keselamatan ini membawa kita ke dalam satu kondisi di mana kita akan memperhidupkan Kristus de­ngan spontan. Dengan demikian kita akan menyajikan fir­man hayat kepada orang lain dalam kehidupan kita. Fir­man hayat yang kita nyatakan ini juga adalah Kristus itu sendiri. Karena itu, menyatakan firman hayat berarti memperhidupkan Kristus.

Tahukah Anda apa artinya memperhidupkan Kristus? Memperhidupkan Kristus berarti tidak peduli bagaimana keadaan kita, Kristus tetap diperbesar dalam kita dan kita tidak mendapat malu dalam segala hal. Jadi, keselamatan dalam 1:19 sama dengan memperhidupkan Kristus. Menik­mati dan mengalami keselamatan ini berarti memperhidupkan Kristus. Selain itu, memperhidupkan Kristus dalam kehidupan kita sehari‑hari juga berarti diselamatkan dari sungut‑sungut, perbantahan, kebengkokan, dan kesesatan; dan menyajikan Tuhan kita yang hidup sebagai firman ha­yat kepada orang‑orang yang kita jumpai setiap hari. Alang­kah hebatnya keselamatan ini! Kita semua perlu keselamatan setiap hari yang konstan ini, yakni suatu keselamatan yang tidak lain adalah Kristus itu sendiri.