Artikel

Artikel

Menurut Jalan Allah yang Adilbenar dan Mengekspresikan Keinginan Allah

Posted 19/11/2013 | 12:11

Pembacaan Alkitab:

Untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya. (Mazmur 92:15)

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (Yohanes 15:7)

Menurut Jalan Allah yang Adilbenar dan Mengekspresikan Keinginan Allah

Tantangan Abraham kepada Allah adalah menurut jalan Allah yang adilbenar (Kej. 18:23-25). Abraham berkata kepada Tuhan, ”Engkau adalah Hakim segenap bumi. Akankah Engkau melakukannya? Ini bukan cara-Mu yang adilbenar.” Doa syafaat yang tepat itu bukan menurut kasih Allah atau menurut anugerah-Nya, tetapi menurut keadilbenaran-Nya. Tantangan yang paling kuat kepada Allah bukan dengan berkata, ”Allah, bukankah Engkau Allah yang pengasih?” Jika kita berkata demikian, Allah bisa berkata, ”Ya, Aku adalah Allah pengasih, tetapi mengasihi adalah urusan-Ku. Ketika Aku senang, Aku mengasihi, tetapi jika Aku tidak senang, Aku tidak mengasihi. Apa salahnya tindakan-Ku ini?”...Kita tidak bisa berkata apapun untuk hal ini. Kita seharusnya berkata kepada Allah, ”Allah, bukankah Engkau adilbenar?”…Allah akan menjawab, ”Aku memang adilbenar.”…Kita harus menantang Allah menurut keadilbenaran-Nya karena keadilbenaran-Nya mengikat Dia melebihi kasih-Nya dan anugerah-Nya…Tak satu pun mengikat Allah sekuat keadilbenaran-Nya. Setiap pendoa syafaat yang baik mengetahui cara untuk mengikat Allah dengan efektif adalah dengan menantang Dia menurut keadilbenaran-Nya. Doa syafaat yang tepat tidak pernah memohon Allah menurut kasih-Nya tetapi menantang Dia menurut jalan-Nya yang adilbenar.

Doa syafaat Abraham menggemakan keinginan hati Allah mengenai Lot. Begitu ia berdoa syafaat menurut hati Allah, dengan spontan doa syafaat itu mengekspresikan keinginan Allah. Ini adalah prinsip doa syafaat yang lain. Jika doa syafaat kita dimulai dengan kita melihat wahyu Allah dalam persekutuan kita yang intim dengan-Nya, apapun yang kita katakan kepada-Nya dalam doa syafaat kita akan menjadi ekspresi dari keinginan-Nya, gema dari maksud-Nya. Doa syafaat yang sejati bukan mengekspresikan keinginan kita, tetapi keinginan Allah (Pelajaran-Hayat Kejadian, hal. 685-686).

Begitu seseorang tinggal dalam Tuhan, dengan spontan ia menjamah perasaan Allah dan keinginan Allah…Mazmur 32:8 mengatakan bahwa Allah memimpin kita dengan mata-Nya…Jika Anda hidup dalam persekutuan, Anda akan mengerti apa maksud Alkitab ketika mengatakan  Allah memimpin kita dengan mata-Nya…Kita hanya perlu hidup dalam persekutuan, tinggal dalam hadirat-Nya, dan mendekati Dia. Kemudian dengan spontan kita akan memahami sifat-Nya, watak-Nya dan prinsip tindakan-Nya. Ini seperti dalam roh kita menangkap pandangan sekilas dari mata Tuhan dan dengan spontan menjamah perasaan-Nya dan memahami keinginan-Nya. Setelah kita menjamah perasaaan Allah dan memahami maksud-Nya dengan spontan, kita akan memiliki hasrat-Nya di dalam kita. Pada saat itu, hasrat-Nya menjadi hasrat kita, dan apa yang Dia inginkan tepat dengan apa yang kita inginkan.

Setelah kita menjamah perasaan Allah, memahami maksud-Nya, dan juga bisa menginginkan apa yang Dia ingini, lalu kita berdoa. Inilah yang dibicarakan Yoh. 15:7, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya….” Permintaan ini tidak berasal dari orang yang berdoa. Sebaliknya, itu berasal dari apa yang telah diurapi Allah ke atasnya. Karena keinginan ini adalah keinginan Allah, maka ketika ia berdoa, Allah menjawab.

Yohanes 15:7 membahas keseluruhan dari empat poin. Pertama, "Kamu tinggal di dalam Aku." Kedua, "Firman-Ku tinggal di dalam kamu." Ketiga, karena firman-Ku menyatakan maksud-Ku, itu menjadi hasrat di dalam Anda sehingga apapun yang Anda inginkan adalah yang Kuinginkan. Keempat, hasilnya, doa yang demikian pasti akan dijawab Allah. Sekarang kita mengerti bahwa hasrat dalam doa kita tidak berasal dari kita, tetapi itu yang Allah inginkan. Pertama, manusia terus tinggal dalam Tuhan. Kemudian Allah menjadi firman dalam manusia, sehingga manusia bisa memahami maksud Allah. Ini menghasilkan hasrat di dalam manusia yang adalah hasrat Allah. Ketika manusia berdoa menurut hasrat ini, Allah tidak memiliki pilihan kecuali menjawabnya. Jadi, inilah "mintalah dan kamu akan menerimanya." (Doa, hal. 11). Pembacaan Lebih Lanjut: Pelajaran-Hayat Kejadian, Berita 51;Doa, Bab 11


Fitur komentar ditutup.