Artikel

Artikel

Rencana Allah dan Perhentian Allah (5)

Posted 30/12/2013 | 12:12

Pembacaan Alkitab:

Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Mazmur 8:10)

 

Kami tidak meremehkan pekerjaan pemberitaan Injil, tetapi jika pekerjaan kita hanya memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa, kita tidak membuat Iblis menderita kekalahan fatal. Selama manusia belum merebut kembali bumi dari tangan Iblis, manusia belum mencapai tujuan Allah dalam menciptakannya. Menyelamatkan jiwa sering kali hanya untuk kesejahteraan manusia, tetapi menanggulangi Iblis adalah untuk keuntungan Allah. Menyelamatkan jiwa adalah memenuhi kebutuhan manusia, tetapi membereskan Iblis adalah memuaskan kebutuhan Allah.

Saudara saudari, ini menuntut kita membayar harga! Kita tahu bahwa setan dapat berbicara. Setan pernah berkata, “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui; tetapi kamu, siapa kamu?” (Kis. 19:15). Masalahnya adalah: jika setan bertemu dengan Anda, akan larikah dia? Memberitakan Injil memang menuntut pengorbanan kita, tetapi kita harus lebih membayar harga untuk membereskan Iblis.

Ini bukan masalah khotbah atau pengajaran. Ini memerlukan pelaksanaan, dan harganya sangat besar. Jika kita mau menjadi orang-orang yang dipakai Allah untuk menggulingkan semua pekerjaan dan kekuasaan Iblis, kita harus menaati Tuhan secara mutlak dan sungguh-sungguh. Dalam melakukan pekerjaan lain, jika kita masih menyisakan kedudukan bagi diri sendiri, kaitannya masih terhitung kecil; tetapi dalam menghadapi Iblis, kita tidak boleh menyisakan apa pun bagi diri sendiri. Kita bisa menyisakan sesuatu bagi diri sendiri dalam hal membaca Alkitab, menyisakan sesuatu bagi diri sendiri dalam hal memberitakan Injil, menyisakan sesuatu bagi diri sendiri dalam hal membantu gereja atau saudara saudari, tetapi jika berurusan dengan Iblis, kita harus sepenuhnya melepaskan diri kita. Iblis tidak mungkin kita usir jika kita mempertahankan diri kita. Semoga Allah membuka mata kita untuk melihat apa tujuan Allah dalam menginginkan kita mutlak untuk Dia. Orang yang pikirannya bercabang tidak mungkin dapat membereskan Iblis. Semoga Allah menyampaikan kata-kata ini ke dalam hati kita.

TUJUAN ALLAH YANG TIDAK BERUBAH

Allah menghendaki manusia memerintah bagi-Nya di bumi ini, tetapi manusia tidak mencapai tujuan Allah. Dalam Kejadian 3, kejatuhan manusia terjadi, dan dosa mulai masuk. Manusia berada di bawah kuasa Iblis, dan segala sesuatu nampaknya telah berakhir. Nampaknya Iblis menang dan Allah kalah. Tetapi, selain ayat-ayat dalam Kejadian 1, ada dua bagian lainnya dalam Alkitab yang berkaitan dengan masalah ini. Kedua bagian tersebut adalah Mazmur 8 dan Ibrani 2.


Mazmur 8

Mazmur 8 menunjukkan kepada kita bahwa tujuan dan rencana Allah tidak pernah berubah. Setelah kejatuhan manusia, kehendak dan tuntutan Allah terhadap manusia tetap sama, tanpa perubahan apa pun. Kehendak-Nya dalam Kejadian 1 ketika Ia menciptakan manusia masih tetap sama, walaupun manusia telah berdosa dan jatuh. Mazmur 8 ditulis setelah kejatuhan manusia, namun pemazmur masih dapat memuji; matanya masih tertuju pada Kejadian 1. Roh Kudus tidak melupakan Kejadian 1, Putra tidak melupakan Kejadian 1, demikian pula Allah sendiri tidak melupakan Kejadian 1.

Mari kita melihat isi mazmur ini. Ayat kedua mengatakan, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Semua orang yang mendapatkan ilham dari Roh Kudus akan mengucapkan kata-kata semacam itu, “Betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Walaupun beberapa orang memfitnah dan menolak nama Tuhan, namun pemazmur dengan suara lantang memproklamirkan, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Ia tidak mengatakan, “Nama-Mu sangat mulia.” “Sangat mulia” tidak sama artinya dengan “betapa mulia.” “Sangat mulia” berarti saya, pemazmur, masih dapat menggambarkan kemuliaan itu, sedangkan “betapa mulia” berarti saya dapat menulis mazmur, tetapi saya tidak memiliki kata-kata untuk mengekspresikannya, saya juga tidak mengetahui betapa mulianya nama Tuhan. Maka saya hanya dapat mengatakan, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Dan, bukan hanya nama-Nya mulia, tetapi juga mulia “di seluruh bumi!” Ungkapan “di seluruh bumi” di sini sama dengan yang ada dalam Kejadian 1:26. Jika kita mengetahui rencana Allah, setiap kali kita membaca kata “manusia” atau kata “bumi”, hati kita seharusnya bergembira.

Ayat 3 melanjutkan, “Dari mulut bayi-bayi dan anakanak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu di sini mengacu kepada manusia, dan penekanannya dalam ayat ini adalah pada Allah yang memakai manusia untuk membereskan musuh. Tuhan Yesus mengutip ayat ini dalam Matius 21:16, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian.” Kalimat ini berarti, musuh boleh melakukan apa saja sebisanya, tetapi Allah tidak perlu menghadapinya sendiri, Allah akan memakai bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu untuk membereskannya. Apa yang dapat dilakukan oleh bayi-bayi dan anakanak yang menyusu? Dikatakan di sini bahwa “dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan.” Keinginan Allah adalah mendapatkan orang-orang yang dapat memuji; orang-orang yang dapat memuji adalah orang-orang yang dapat membereskan musuh.

Dalam ayat 4 sampai 9 pemazmur berkata, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.” Jika kita yang menulis mazmur ini, mungkin di sini kita akan menambahkan catatan: “Sayang, manusia telah jatuh, berdosa, dan diusir dari Taman Eden! Manusia tidak bisa mencapainya.” Tetapi syukur kepada Allah, dalam hati pemazmur tidak ada pemikiran semacam itu. Dalam pandangan Allah, bumi masih dapat dipulihkan, kedudukan yang diberikan kepada manusia oleh Allah masih tetap ada, dan amanat-Nya kepada manusia untuk menghancurkan pekerjaan Iblis masih tetap ada. Inilah sebabnya, mulai dari ayat yang keempat pemazmur sekali lagi mengisahkan cerita lama yang sama, yang sepenuhnya mengabaikan Kejadian 3. Inilah ciri yang menonjol dari Mazmur 8. Tujuan Allah adalah agar manusia memerintah. Apakah manusia layak? Pasti tidak. Tetapi karena tujuan Allah adalah agar manusia memerintah, manusia harus memerintah.

Dalam ayat 10, pemazmur sekali lagi mengatakan, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Pemazmur terus-menerus memuji, seolah-olah ia sama sekali tidak nampak kejatuhan manusia. Adam dan Hawa telah berdosa, tetapi mereka tidak dapat menentang rencana Allah. Manusia bisa jatuh dan berdosa, tetapi manusia tidak dapat menggulingkan kehendak Allah. Sekalipun manusia telah jatuh, kehendak Allah terhadap manusia tetap sama. Allah masih menghendaki manusia menggulingkan kekuasaan Iblis. O, Allah sungguh tidak pernah berubah! Jalan-Nya tidak menyimpang dan mutlak lurus. Kita harus tahu bahwa Allah tidak dapat dikalahkan. Dalam dunia ini ada beberapa orang yang menerima banyak pukulan berat, tetapi tidak ada yang seperti Allah, yang diserang setiap hari dan menerima hantaman yang bertubi-tubi. Tetapi kehendak-Nya tidak dapat digulingkan. Hakiki Allah sebelum kejatuhan manusia sama dengan hakiki-Nya setelah kejatuhan manusia dan setelah dosa masuk ke dalam dunia. Keputusan yang ditetapkan-Nya pada waktu dahulu masih menjadi keputusan-Nya sekarang. Ia tidak pernah berubah.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Kudus dan Tak Bercela, Bab 1


Fitur komentar ditutup.