Artikel

Artikel

Rencana Allah dan Perhentian Allah (6)

Posted 09/01/2014 | 12:01

Pembacaan Alkitab:

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,  (Ibrani 2:11)

Ibrani 2

Kejadian 1 membicarakan kehendak Allah pada penciptaan; Mazmur 8 membicarakan kehendak Allah setelah kejatuhan manusia; dan Ibrani 2 membicarakan kehendak Allah dalam penebusan. Sekarang mari kita lihat Ibrani 2. Kita akan nampak bahwa dalam kemenangan penebusan, Allah masih menginginkan manusia mendapatkan kekuasaan untuk membereskan Iblis.

Dalam ayat 5 sampai 8a dikatakan, “Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Sebaliknya, ada orang yang pernah bersaksi di dalam suatu nas, katanya, ‘Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya. Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatu pun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya.” Segala hal harus takluk kepada manusia; Allah telah menetapkannya sejak semula.

Tetapi kenyataannya belum seperti itu. Penulis meneruskan, “Tetapi sekarang ini kita belum melihat segala sesuatu ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi yang kita lihat ialah bahwa Yesus untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, dan karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat . . .” (ayat 8b-9). Yesus adalah Persona yang disajikan di sini. Mazmur 8 mengatakan bahwa Allah membuat manusia sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, tetapi di sini rasul mengubah kata “manusia” menjadi “Yesus”. Ia menjelaskan kepada kita bahwa “manusia” itu mengacu kepada Yesus; Yesuslah yang menjadi sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat. Penebusan manusia berasal dari sini. Allah pada mulanya telah menetapkan agar manusia sedikit lebih rendah daripada malaikat; manusia akan dimahkotai dan memerintah atas seluruh ciptaan-Nya; manusia akan berkuasa; manusia akan mengusir musuh-Nya dari bumi dan dari surga yang berhubungan dengan bumi; manusia akan menghancurkan semua kekuasaan Iblis. Tetapi manusia jatuh dan tidak dapat berkuasa bagi-Nya. Karena itu, Tuhan Yesus datang dan memakai tubuh daging manusia, Dia menjadi “Adam yang akhir” (1 Kor. 15:45).

Ayat 9b mengatakan, “Supaya oleh anugerah Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” “Semua manusia” menurut bahasa aslinya dapat diterjemahkan “segala hal.” Kelahiran Tuhan Yesus, kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, dan juga penebusan Tuhan Yesus, menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan penebusan-Nya bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk semua makhluk ciptaan. Semua ciptaan (kecuali malaikat) termasuk di dalamnya. Tuhan Yesus berdiri dalam dua posisi: terhadap Allah, Ia adalah manusia yang pada mulanya, manusia yang ditetapkan Allah sejak semula; terhadap manusia, Ia adalah Juruselamat. Pada mulanya Allah menetapkan manusia untuk memerintah dan menggulingkan Iblis. Tuhan Yesus adalah manusia itu, dan manusia itu sekarang telah duduk di takhta! Haleluya! Manusia itu telah menggulingkan kekuasaan Iblis. Dia adalah manusia yang dicari dan ingin didapatkan oleh Allah. Dalam aspek-Nya yang lain, Dia adalah seorang manusia yang berhubungan dengan kita; Dia adalah Juruselamat kita, yang telah membereskan masalah dosa bagi kita. Kita berdosa dan jatuh, dan Allah membuat-Nya menjadi kurban pendamaian bagi kita. Selain itu, Dia bukan hanya menjadi kurban pendamaian bagi kita, tetapi juga dihakimi demi semua ciptaan. Hal ini dibuktikan dengan terkoyaknya tirai ruang kudus. Ibrani 10 memberi tahu kita bahwa tirai ruang kudus itu mengacu kepada tubuh Tuhan Yesus. Pada tirai itu terdapat sulaman kerub yang mewakili makhluk ciptaan; karena itu, tubuh Tuhan Yesus mencakup makhluk ciptaan. Pada saat Tuhan mati, tirai itu terkoyak menjadi dua dari atas ke bawah, dan sebagai akibatnya, kerub yang tersulam padanya juga ikut terkoyak. Ini menyatakan kepada kita bahwa kematian Tuhan Yesus mencakup penghakiman untuk semua makhluk. Ia bukan hanya merasakan kematian bagi semua manusia, tetapi juga bagi “segala hal”.

Ayat 10 melanjutkan, “Sebab memang sepantasnya Allah — yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu Allah yang membawa banyak orang (anak) kepada kemuliaan.” Segala sesuatu adalah bagi Dia dan oleh Dia; segala sesuatu adalah kepada Dia dan berasal dari Dia. Bagi Dia berarti kepada Dia; oleh Dia berarti berasal dari Dia. Syukur kepada Allah, Allah tidak pernah mengubah tujuan-Nya dalam penciptaan! Apa yang ditetapkan Allah pada penciptaan, ditetapkan-Nya juga setelah kejatuhan manusia, dan dalam penebusan. Allah tidak mengubah rencana-Nya karena kejatuhan manusia. Syukur kepada Allah, Dia membawa banyak anak ke dalam kemuliaan! Dia memuliakan banyak anak. Allah ingin mendapatkan sekelompok manusia baru yang memiliki rupa dan gambar Putra-Nya. Karena Tuhan Yesus adalah manusia yang pantas menjadi wakil, maka seperti apa Dia, demikian pula manusia lainnya; dan mereka akan masuk ke dalam kemuliaan bersama-Nya.

Bagaimana hal ini dapat terlaksana? Ayat 11 mengatakan, “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, semuanya berasal dari Satu.” Siapakah Ia yang menguduskan? Ia adalah Tuhan Yesus. Siapakah mereka yang dikuduskan? Kitalah yang dikuduskan. Jadi kita dapat membaca ayat ini demikian, “Karena Yesus yang menguduskan dan kita yang dikuduskan, semua berasal dari Satu.” Tuhan Yesus dan kita, semua berasal dari Bapa yang sama; kita semua berasal dari sumber yang sama, memiliki hayat yang sama, memiliki satu Roh Kudus yang berhuni di dalam, dan memiliki satu Allah sebagai Tuhan dan Bapa kita. “Itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara.” Kata “Ia” di sini mengacu kepada Tuhan Yesus, dan “mereka” mengacu kepada kita. “Ia tidak malu menyebut mereka saudara” karena Ia berasal dari Bapa dan kita juga berasal dari Bapa.

Kita adalah anak-anak Allah, dan pada akhirnya Allah akan membawa kita ke dalam kemuliaan. Penebusan tidak mengubah tujuan Allah; sebaliknya, penebusan itu menggenapi tujuan yang tidak terlaksana dalam penciptaan. Tujuan Allah mula-mula adalah agar manusia memerintah, khususnya memerintah atas bumi, tetapi sayangnya, manusia jatuh. Namun, segala sesuatu tidaklah berakhir karena kejatuhan manusia yang pertama. Apa yang tidak didapatkan Allah dari manusia pertama, Adam, akan didapatkan-Nya dari manusia kedua, Kristus. Karena Allah menakdirkan manusia untuk memerintah dan mendapatkan kembali bumi, karena Allah telah menetapkan manusia harus menghancurkan Iblis, maka terjadilah kelahiran di Betlehem. Itulah sebabnya Tuhan Yesus datang untuk menjadi manusia. Ia khusus melakukannya, Ia benar-benar menjadi manusia; Ia adalah manusia yang sejati. Kita telah nampak bahwa manusia pertama tidak menggenapkan tujuan Allah, manusia pertama telah berdosa dan jatuh. Ia bukan hanya gagal mendapatkan kembali bumi, bahkan ia sendiri ditangkap oleh Iblis. Ia bukan hanya gagal memerintah, bahkan ia sendiri takluk pada kekuasaan Iblis. Kejadian 2 mengatakan bahwa manusia terbuat dari debu; dan Kejadian 3 menjelaskan bahwa debu adalah makanan ular. Ini berarti, manusia yang jatuh menjadi makanan Iblis. Manusia tidak lagi dapat menanggulangi Iblis; ia sudah kalah. Jika demikian, apa lagi yang dapat dilakukan? Apakah ini berarti Allah tidak mungkin lagi mencapai tujuan-Nya yang kekal? Apakah Allah tidak mungkin lagi mendapatkan apa yang diinginkan-Nya? Apakah Allah tidak mungkin mendapatkan kembali bumi? Tidak! Ia mengutus Putra-Nya untuk menjadi seorang manusia. Tuhan Yesus benar-benar Allah, tetapi Ia juga benar-benar manusia.

Di seluruh dunia ini, ada satu Orang yang mau Allah, ada satu Orang yang dapat mengatakan, “Penghulu Dunia ini . . . tidak memiliki sesuatu apa pun di dalam-Ku.” Dengan kata lain, dalam diri Tuhan Yesus tidak ditemukan barang apa pun yang milik penghulu dunia ini. Kita harus memperhatikan dengan teliti bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia ini bukan untuk menjadi Allah, melainkan menjadi manusia. Yang diinginkan Allah adalah manusia. Jika Allah sendiri yang membereskan Iblis, tentu sangat mudah; sekejap saja Iblis sudah rebah. Tetapi Allah tidak mau melakukannya sendiri. Ia ingin manusialah yang membereskan Iblis; Ia bermaksud agar makhluk ciptaan (manusia) membereskan makhluk ciptaan (Iblis). Ketika Tuhan Yesus menjadi manusia, Ia menderita godaan sebagai manusia dan mengalami semua pengalaman manusia. Sekarang Ia telah naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Manusia ini telah dimuliakan. Ibrani 2 menyatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak datang untuk menerima kemuliaan sebagai Allah, melainkan menerima kemuliaan sebagai manusia. (Ini tidak berarti bahwa Ia tidak memiliki kemuliaan Allah, tetapi Ibrani 2 tidak mengacu kepada kemuliaan yang dimiliki-Nya sebagai Allah). Yesus yang dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk menderita kematian, telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Tuhan kita telah naik ke surga dalam rupa manusia. Hari ini, ada Seorang manusia telah naik ke surga, kelak akan banyak orang juga naik ke surga. Hari ini Seorang manusia sedang duduk di atas takhta; suatu hari, akan ada banyak orang yang duduk di atas takhta. Ini sudah pasti.

Ketika Tuhan Yesus dibangkitkan, Ia memberikan hayat-Nya ke dalam kita. Pada saat kita percaya kepada-Nya, kita menerima hayat-Nya. Kita semua menjadi anakanak Allah, dan dengan demikian kita semua menjadi milik Allah. Karena kita memiliki hayat ini di dalam diri kita, maka kita dapat dipercaya oleh Allah untuk menggenapkan tujuan-Nya. Karena alasan ini, dikatakan bahwa Ia akan membawa banyak anak ke dalam kemuliaan. Memerintah berarti dimuliakan, dan dimuliakan berarti memerintah. Jika anak-anak itu telah mendapatkan kekuasaan dan memulihkan bumi, mereka akan dibawa ke dalam kemuliaan dengan penuh kemenangan.

Karena itu, jangan sekali-kali beranggapan bahwa tujuan Allah hanya untuk menyelamatkan kita dari neraka, supaya kita dapat menikmati berkat surgawi. Kita harus ingat bahwa Allah ingin manusia menjadi penerus Anak-Nya dalam menjalankan kekuasaan-Nya di bumi. Allah ingin menyelesaikan sesuatu, tetapi Ia tidak ingin melakukannya sendiri; Ia ingin kita yang melakukannya. Jika kita telah melakukannya, berarti Allah telah mencapai tujuan-Nya. Allah ingin mendapatkan sekelompok manusia yang mau melakukan pekerjaan-Nya di bumi ini, sehingga Allah dapat memerintah di bumi melalui manusia.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Kudus dan Tak Bercela, Bab 1


Fitur komentar ditutup.